27 Juni 2013

Jauh Dekat Kau Tetap Kurengkuh

    "Braaakkk...." setumpuk dokumen kuletakkan dengan kasar di atas meja kantor. Hari itu merupakan hari yang sangat melelahkan dan menjengkelkan. Saat aku harus berjibaku dengan panas dan keringat di area lapangan terbuka pabrik di tempat aku bekerja, eh teman kantorku ada yang mengajak berseteru. Ketidakpahamannya atas berbagai prosedur lapangan membuat dia beranalisa tidak pada tempatnya. Alhasil terciptalah laporan kepada atasan yang simpang siur. Berasa kepengin kutelan saja nih orang *maaf asap mengepul dari kepala ;)

Meretas Ego Di Tempat Kerja

    Kejadian seperti tadi kebanyakan pernah dialami oleh mereka yang harus bergesekan dengan banyak orang dan beragam divisi dalam suatu perusahaan. Tak terkecuali diriku.
beginilah kira-kira keseharian yang harus kuurus
di lapangan vs di dalam kantor
     Sehari-hari di kantor aku memang tak hanya berinteraksi dengan sesama staf, namun berbagai macam orang di lapangan alias pekerja kasar pun harus kuhadapi. Kebiasaan ritme kerja di lapangan yang serba keras kadang terbawa manakala tingkat kesabaran sudah sangat menipis saat berhadapan dengan rekan sekantor seperti kejadian di atas tadi. 

    Untunglah masing-masing dari kami sekantor memiliki keunikan tersendiri. Aku yang high temper, ada si A yang kalem dan 'ngguya ngguyu' alias banyak senyum, ada pula si B yang jago masak. Demi mengeliminir perasaan-perasaan tidak enak seperti contoh di atas kami sekantor kerap meluangkan waktu untuk have fun dan menyatukan perbedaan yang ada. Tidak harus jalan-jalan atau makan bersama di resto, namun kadangkala sesederhana ini pun sudah sangat menyenangkan dan mengentalkan pertemanan kami.
masak yuk masak
    Kebetulan di kantor ada pantry yang lengkap dengan segala perabot memasak. Khusus hari Jumat istirahat akan dimulai pada pukul 11.30, persiapan bagi para pria yang akan berangkat ibadah sholat Jumat. Nah yang perempuan ya seperti itu tadi, segera meluncur ke pantry dan terjadilah adegan penuh garam dan minyak ;)  Kawanku Dias, yang berbaju orange itu jagonya masak. Saat itu dia membuat rolade, wow kami semua temannya tentu saja riang gembira, tinggal makan nih. Paling-paling tinggal tambah membuat sambal korek saja, hmmm... yummi yummiii... Sesederhana itu pun telah cukup meretaskan batas-batas ego kami masing-masing.

    Kadangkala kami sekantor juga bersama-sama pergi ke suatu tempat untuk makan siang. Atau bila ada yang berulang tahun dan menyerah untuk dipalak :) 
some of us
    Belum lagi hampir setiap Ramadhan pihak manajemen mengadakan buka bersama. Tidak hanya kami yang berkantor di manufacturing saja yang ramai-ramai bergembira, tetapi juga dari head office dan beberapa perusahaan lain yang satu atap dengan kami.
suasana buka bersama, big boss ganteng sendiri ya di antara karyawan2 perempuannya :)
    Alhamdulillah dengan berbagai acara bersama tersebut so far kami masih bisa berjalan bersama dalam satu payung manajemen, meskipun dalam keseharian tak pernah berhenti bersitegang urusan pekerjaan. Ya, kita memang harus bisa memilah, kapan harus keukeuh menjalankan prinsip kerja dan kapan harus lumer penuh rasa persahabatan manakala berkumpul dengan teman sekerja dalam rangka urusan pribadi. Tidak boleh mencampuradukkan pertemanan dengan pekerjaan, bisa-bisa tidak nyaman situasi yang akan kita hadapi. Perlu diingat bahwa bekerja dari pukul 8 pagi hingga pukul 5 sore sudah menyita sebagian besar privacy dan waktu kita. Apakah harus dijalani dengan kondisi yang menegangkan? Ah, tentunya bukan itu yang diharapkan.

Break The Limit

    Tak hanya dengan rekan sekerja saja kita perlu menyiasati perbedaan yang bisa mengarah pada perpecahan. Dengan kawan lama, yang sangat jarang berjumpa pun, hubungan baik tetap harus dijaga. Dalam hal ini aku sangat menghargai sobat-sobat lamaku, teman sekolah maupun teman kuliah dulu, yang di antara seabrek kesibukan mereka pun tetap bersedia untuk bersilaturahmi.
Bersama mantan teman2 kuliah dulu. Meskipun terbentang jarak kami masih sering ketemuan. Ada yang tinggal di Jakarta, Kebumen, Magelang, bahkan ada yang jauh-jauh datang dari Belanda. Setiap dia mudik pasti acara seperti ini langsung menjadi agenda utama ;)
    Jarak dan kesibukan tak berarti memisahkan kami, meskipun tidak bisa bersua sewaktu-waktu. Keluarga dan pekerjaan kini jelaslah menjadi prioritas. Namun manakala ada kesempatan, kami akan bernostalgia gila seperti dulu, masih berharap kemudaan ada di dalam jiwa kami yang terus terpacu usia ini. Tak jarang acara kumpul-kumpul seperti ini hanya dipicu oleh adanya kawan dari luar kota yang singgah di Semarang, tempat kami kuliah bersama dulu. Nah sebagai penjaga gawang alias personel yang sampai kini masih berdomisili di Semarang, tentu rasanya sungguh tak 'berperiketemanan' bila aku tak menyambut uluran tangan mereka. Walhasil aku sering dimintai tolong sebagai 'pengumpul serakan tulang' teman-teman seangkatan ini. Alhamdulillah selama ini acara kumpul-kumpulnya sukses.

    Yang sangat membuatku exited itu manakala bertemu dengan teman lama yang lamaaaa sekali tak bersua. Bila dengan sobat-sobatku di atas tadi kami paling tidak tiap tahun berjumpa. Tapi tidak dengan yang ini. 
    Mami cantik ini Esther namanya, kami terakhir bersua tahun 2009 saat reuni Komunikasi 93 di Bandung. Dia tinggal di Batam, jadi tak mudah untuk wara wiri ke Jawa. Nah di pertengahan Maret 2013 lalu tiba-tiba dia mengkontakku, akan pulang ke Semarang. Surprised sekali nih, senang sekali aku berjumpa dengannya. Esther yang oleh teman-teman seangkatan sering dipanggil 'mami' or 'tante' ini kocak sekali orangnya, guyonan 'dewasa'nya pun tingkat tinggi. Heuheuuu... I miss her a lot. Meskipun akhirnya kutau dia pulang ke Semarang untuk medical treatment, tetap saja kusyukuri pertemuanku dengannya ini yang entah kapan lagi akan terulang.

    Yang masih gres nih, tanggal 20 Juni 2013 lalu, temanku yang hengkang dari Undip di semester 6 dan pindah ke UI ini tanpa hujan tanpa angin tiba-tiba singgah di Semarang. Fitri Handayani alias Ipiet nama ibu berparas keJepang-Jepangan ini. Dia beserta suaminya yang bule Jepang mas Hajime Yudistira dan keempat putranya Kitaro, Kenji, Keizo dan Kazuya dari Jakarta hendak menengok kampung halaman di Blora. Cuma sebentar, paling-paling tak lebih dari 2 jam aku berjumpa dengannya setelah terakhir kali kami bersua tahun 1995. Gile bener, 18 tahun sudah kami berpisah dan kini hanya bertemu sebentar. Rindu, aku masih sangat rindu padamu kawanku. Kita hanya bisa ngobrol via social media selama ini. Seakan baru kemarin aku masih bercanda denganmu di depan ruang kuliah dan depan auditorium. Kini engkau telah membelah beranak pinak, Kawan. It's really amazing. Rupanya masih dapat jatah dari Yang Maha Kuasa bagiku untuk berjumpa lagi denganmu. Jarak dan waktu memang rupanya bukanlah 'limit', selalu akan ada 'buah' yang manis untuk kentalnya kisah persahabatan yang selalu rajin kita semaikan.


Menyemai Cinta Di Antara Sejuta Beda

    Bila kita tau bagaimana mengatur pola pikir kita tentang perlunya menyemai cinta, kita pasti akan sadar pula bahwa cinta itu tak hanya sekedar kepada lawan jenis, dalam hal ini adalah pasangan hidup kita. Dengan orang-orang yang ada di sekitar kita pun perlu adanya cinta berwujud respek yang kita sajikan. Tegas dan garang untuk urusan prinsip bukan berarti hati kita tak punya cinta.
aku dan sahabat2ku yang dulunya mantan 'bawahan'ku
    Aku punya kisah tersendiri tentang masalah ini. Di perusahaan sebelumnya, tempat aku bekerja dulu, aku tak hanya memiliki tugas untuk mengatur pemasaran, dokumen dan birokrasi saja. Ranah produksi pun dulu terpaksa kupikul karena beberapa kepala produksi mengundurkan diri akibat kerasnya sifat pimpinan kami. Nah, otomatis aku pun menjelma sama kerasnya dengan beliau. Para pekerja produksi pun entah berapa puluh yang telah pernah 'kusantap' *yang ini lebay, mohon diabaikan ;)

    Namun itu semua hanya tuntutan profesi saja kalau orang bilang. Hingga kini aku masih tetap rukun dan bersahabat dengan mereka. Pada foto di atas terlihat sahabat-sahabatku yang dulu mantan 'bawahan'ku itu berkunjung ke rumahku saat aku baru saja menyelesaikan renovasinya. Ada yang dulunya teknisi, operator mesin, grader kayu dan yang perempuan itu, Cik Yanti, dulu adalah mandor lapangan. Cik Yanti bahkan pernah menangis gara-gara pagi hari mendapatkan 'sarapan' dariku. Merasa berdosa sekali deh sekarang bila mengingat masa itu. Cik Yanti dan teman yang lain sama-sama menyadari, kami semua menjadi hard fighter ya karena didikan bos kami dulu. Di luar urusan pekerjaan, ya tetap lah kami ini kawan yang selalu merindu. Ah, indahnya kebersamaan *jadi sendu merindu :'(


Keluargaku Oase Hidupku

    Tak hanya di tempat kerja saja diperlukan manajemen hati. Di rumah, dimana seluruh elemen utama kehidupan kita berada, kita juga perlu memperhatikan manajemen hati ini. Tak jarang setelah lelah di tempat kerja, aku lupa untuk menanggalkan egoku di saat keluarga seharusnya menjadi prioritas utamaku.
suasana tenang yang seketika buyar gara-gara si adek yang iseng colak colek kakaknya yang sedang serius
    Jeritan kedua anakku yang saling menggoda dan bertengkar hampir tak pernah berhenti sepanjang hari. Saat si kakak sedang diam dan sibuk dengan buku-buku bacaannya, si adek akan selalu siap sedia untuk mengacak-acak ketenangan kakaknya. Sebaliknya juga begitu. Kala adek sudah asyik dengan crayon dan buku gambarnya, ataupun mobil-mobilannya, si kakak akan datang dan melancarkan ribuan trik 'perang' padanya. Pecahlah perang dunia ketiga :)  Selalu akan seperti itu. Justru itulah kakak adik ya, bila tidak ada pertengkaran bukan saudara namanya. 

     Situasi ini makin diperparah oleh berat sebelahnya perlakuan terhadap kedua anakku ini. Tidak hanya olehku, namun juga oleh Budhe (kakak perempuanku) dan Uti (ibuku) yang tinggal serumah dengan kami. Adek lebih cenderung untuk dibela sehingga sering si kakak meradang, merasa diperlakukan tidak adil. Pheeww... berat juga ya situasinya.

    Untuk itulah perlu menyisihkan waktu luang bersama-sama. Tidak hanya aku, suami dan anak-anakku, namun juga Budhe dan Uti, Kami hidup serumah tentunya telah paham betul karakter masing-masing. Oleh karena itu perlu bagi kami untuk mencairkan kehebohan yang sering terjadi di rumah dengan bersantai bersama. 
aku dan keluarga besarku bersantai bersama
    Kami berenam santai sembari makan bersama di warung makan dekat rumah saja. Asalkan hati riang dan ceria, tak perlulah pergi jauh-jauh. Kebersamaan kami ini sangat mahal harganya bagiku yang menjalani separuh hari berada di luar rumah. Aku sangat bersyukur memiliki keluarga yang amat menyayangiku. Tak semua orang seberuntung aku masih bisa bersanding dengan ibu dan kakak seperti ini. Apa lagi coba yang membuatku untuk tidak bersyukur? 

    Bahkan saat aku kangen dengan keluarga intiku, kami pun bisa tetap dengan mudah bertemu. Kakak perempuan tertuaku tinggal di Ungaran, masih sering menjenguk ibu di Semarang. Kami sebenarnya empat bersaudara. Kakak lelakiku telah meninggal tahun 2004 dulu akibat kecelakaan sepeda motor :'(  Bapakku juga telah tiada semenjak aku masih di bangku kuliah, tepatnya di tahun 1996 :'(  Jadi ya hanya ibu dan kedua kakak perempuanku saja kini yang kupunya (selain suami dan anak-anakku tentunya). Saat rindu kami bercengkerama bersama, melupakan bahwa kami kini telah memiliki kehidupan sendiri. Kami ini sedarah, tidak ada yang mampu menggantikan masing-masing dari kami. I love my mom and my elder sisters no matter happened *tisu mana tisuuuu...
aku, ibu dan kedua kakakku
    Bersama keluarga kecilku pun aku tak lupa menyediakan waktu. Aku sangat menyadari, sebenarnya kehadiranku amat dibutuhkan selama 24 jam sehari oleh anak-anak maupun suamiku. Namun dengan berbagai kondisi dan pertimbangan, saat ini aku masih harus delapan jam sehari bekerja di luar rumah. Nah, kapan lagi kesempatanku bermesraan dengan suami dan anak-anakku bila tidak berwisata seperti ini :

Bersama ayang-ayangku, belahan jiwaku, tambatan hatiku, seluruh hidupku
    Meskipun tidak sering kami bisa menikmati waktu seperti ini, moment berharga ini harus selalu diagendakan. Di antara kesibukanku dan suamiku bekerja, rutinitas sekolah anak-anakku, padatnya aktivitas ekstrakurikuler si sulung, tumpukan pekerjaan di rumah, tetap akan selalu ada ruang bagi kami untuk menyemaikan cinta. Ruang yang bukan berdiri sebagai jarak, namun ruang yang mempertemukan dan menyatukan cinta kami. 

    Entah itu keluarga, teman sepergaulan ataupun teman di tempat kerja, tak ada alasan bagi kita untuk menjauhkan diri. Jauh ataupun dekatnya hati kita tidak ditentukan oleh jauh dekatnya kita dipisahkan oleh jarak dan waktu. Hati kita hanya akan melekat erat satu sama lain manakala masing-masing di antara kita selalu ada upaya untuk merengkuhnya. Setuju? Itulah ceritaku, bagaimana dengan ceritamu ;)





11 komentar:

  1. setuju deh ka :D
    namaany sama temen, udah ky ke sodara jd klo bersitengang sih udah wajar aja yah hhe ntr jg baikan lagii :)

    semoga menang yah ka GA-nya

    BalasHapus
  2. Berbeda-beda tapi saling melengkapi kekurangan satu sama lain ya mbak :).

    BalasHapus
  3. Banyak cinta disemaikan ya. Semoga membawa kebahagiaan selalu.

    Terima kasih partipasinya, tercatat sebagai peserta.

    BalasHapus
  4. Ada cinta dimana-mana ya mak :)

    BalasHapus
  5. komplit pake telor --> foto keluarga yang manis ^^
    mana Granny? saya suka foto IB :p

    moga menang, Mbak!

    BalasHapus
  6. Kereeen maaakk...bener deh..smoga sukses yaa

    /bubu barra

    BalasHapus
  7. Rani, mb Tarry, mb Niken, pak Insan Robbani, Rahmi : matur nuwun sudah mampir, ya cinta memang bertebaran di mana2 ;)

    Artha : tuh granny yg pas foto barengan aku dan kakak2ku

    Bubu Barra : makasih mak

    BalasHapus
  8. wah ini posting menyemai cinta paling komplit yang aku baca. dari mulai kerja, sabahat sampai keluarga. warna warni banget....

    BalasHapus
  9. pak ridwan : hihkiiii...abisnya ya memang itu dunia yg harus saya hadapi tiap hari, jadi ya menyemainya harus kesana kesini :)

    BalasHapus
  10. Selamat, mbak Uniek mendapat pulsa 10.000 sebagai pendaftar ke 100 dari GA Menyemai Cinta
    http://forgiveaway.blogspot.com/2013/07/pemenang-ga-menyemai-cinta.html

    BalasHapus