26 Juni 2013

No Music I Cry



    Musik ceria dan cute ala WHAM di atas telah familiar di telingaku sejak kecil. Lagu itu kudengar berulang-ulang di dalam L-300 yang membawaku bersama rombongan atlet Jawa Tengah lainnya rehat sejenak di antara padatnya event Kejurnas Renang & Loncat Indah, menuju arena Pekan Raya Jakarta di tahun 1984. Kala itu aku masih berusia 9 tahun dan sangat tidak 'tepat' untuk mendengarkan lagu yang kebanyakan disukai oleh remaja sepantaran kakakku yang delapan tahun lebih tua dariku. Aku pun hanya bisa ikutan menyanyikan satu baris lirik saja di lagu itu : Wake me up before yo go go.... Cuma itu saja yang kubisa karena lirik itu juga sekaligus judul lagunya ;)


    Memang tak bisa disangkal, perkenalan kita dengan musik tergantung situasi yang ada di sekeliling kita. Sesuai eranya, seharusnya aku mendengarkan lagu Bulan Purnama ataupun Masa Kecil dari Chicha Koeswoyo (aduh ketauan deh umurku sudah setara nyai-nyai) ;)
    Chicha Koeswoyo pada puncak popularitasnya kerap berpasangan dengan Adi Bing Slamet. Lagu-lagu mereka berjaya di panggung musik kala itu. Keempat gambar kaset mereka tadi itu hanyalah beberapa album rekaman yang mereka miliki. Entahlah, berapa besar kekayaan yang dimiliki anak kecil setenar itu di jamannya. Mungkinkah setara dengan Coboy Junior saat ini? *mendadak dahi berkerut

sumber : http://80mp3.blogspot.com/
   Aku juga dulu penggemar Liza Tanzil dengan album Yok Menyanyi Sambil Belajar Bahasa Inggris. Tahun 1981 saat aku masih duduk di kelas 1 SD aku memiliki kaset ini lengkap dengan teks lagu yang berulang-ulang kuhafalkan. Lagunya bagus-bagus.  Salah satu lagu kesukaanku di album itu adalah Country Road. Belum 'ngeh'  waktu itu kalau lagu tersebut lagu orang dewasa. Lagu tersebut aslinya dinyanyikan oleh John Denver, pengusung aliran musik country dan folk rock. Selain itu ada juga yang asyik lagi berjudul Ten Little Indians dengan lirik yang masih sangat kuiingat hingga kini :

one little, two little, three little Indians
four little, five little, six little Indians
seven little, eight little, nine little Indians
ten little Indian boys

Intinya lagu tersebut mengajarkan pengenalan numerik dalam Bahasa Inggris kepada anak-anak sejak dini, sekaligus mencerdaskan anak melalui musik.

    Bahkan lagu Do-Re-Mi yang dibawakan dalam film Sound of Music ada juga. Di kemudian hari setelah cukup umur dan menonton filmnya, baru kusadar bahwa aku telah jauh-jauh hari mendengarkan lagu tersebut sebelum menyaksikan performance Julie Andrews di film musikal yang telah beredar sejak tahun 1965 ini.

 Padahal kaset Liza Tanzil tadi buatan tahun 1978. So, mengenal musik tak selalu harus sesuai runutan waktunya kan. Justru lebih berpengaruh peran orang tua maupun saudara yang mengenalkan musik itu kepada kita. Mana yang pertama kali kita tau ya itulah yang menjadi awal perkenalan kita dengan musik dan lagu genre apa pun.

sumber : youtube
    Nah, beranjak menuju remaja aku makin tergila-gila dengan musik yang disukai kakak-kakakku, termasuk abangku yang kala itu menggemari New Kids On The Block (NKOTB). Wohoooo....anak mana yang di tahun 1980-an itu tak kenal boyband satu ini. Bahkan banyak yang menjadikan lagu-lagu NKOTB sebagai musik pengiring lomba dance yang mereka ikuti. Bukaaan... tidak... bukan aku yang ikut dance ya, tubuhku tidak luwes nge-dance, aku lebih piawai berkutat dengan sumur dan timba alias membesarkan otot dengan mengisi bak mandi. Hiks, nasib anak desa kala itu :(  Jadi deh menimba air sambil jejingkrakan mendengarkan NKOTB. Sembari membayangkan gantengnya Jordan Night yang seksi dan cute-nya Joe McIntyre, yeah... step by step, oooo baby... gonna get to you girl..... *air di timba tumpah ruah semua :)

    Aku tak bisa diam sepi sendiri tanpa musik. Saat menjelang tidur ataupun sedang belajar, harus ada musik yang mengiringi. Untunglah kebiasaan mendengarkan musik ini klop dengan abangku yang super jahil, yang dengan sengaja menyetel kaset keras-keras manakala aku sedang belajar untuk persiapan tes di sekolah. Hanya kacak pinggang dan pelototan bapak saja kala itu yang mampu meredam kegilaan musik kami berdua. Bapak sih sukanya klenengan, musik yang Jawa sekali.

    Konsistensi pilihan genre musik rupanya sering tidak berlaku. Para penyuka aliran trash metal ternyata banyak juga yang menggemari lagu-lagu Iwan Fals. Penikmat musik rock ada juga yang suka ngibing dangdut. Hal ini terjadi juga padaku. Aku menyukai berbagai jenis musik. Yang penting di sini adalah manfaat dari musik tersebut. Sesuai dengan peruntukannya, musik itu salah satunya bermanfaat bagi ketenangan hati. Melalui musik yang lembut, stress harian akibat beban hidup bisa tereliminasi. Hanya dengan duduk atau rebahan sambil mendengarkan alunan musik, jiwa kita seolah terbasuh, kembali menjadi segar.

    Juga jangan heran bila ternyata musik itu meningkatkan konsentrasi. Dari contoh keriuhanku dengan abangku di atas tadi telah kusebutkan, aku justru bisa cepat 'bookmarked' aneka hapalan ke dalam memoriku manakala diiringi alunan musik. Ini juga terbukti pada suamiku, yang selalu mengerjakan pekerjaannya yang super serius sembari mengenakan headphone, mendengarkan musik ala Metallica, Iron Maiden, Judas Priest, Pantera dan entah apa lagi. Suamiku tercinta ini terpaksa mengalah dengan mengenakan headphone karena istrinya yang rempong ini sering protes saat musik kesukaannya itu menghentak melalui speaker multimedianya. Lagian aneh, musik bikin pening begitu katanya bisa menenangkan jiwa? *ditabok penggemar metal sedunia ;)

sumber : LangitMusik
   Aku masih menggemari berbagai genre musik, terutama pop yang terasa ringan dan menyejukkan. Tak hanya musik dari manca saja, berbagai lagu yang ditembangkan oleh penyanyi Indonesia pun aku suka. Apalagi download berbagai jenis musik sekarang bisa diakses via internet, tidak harus punya kaset atau CD seperti jaman dahulu. Yang perlu diingat di sini adalah pilihlah layanan musik yang menyediakan lagu yang legal, yang jelas terjamin kualitasnya saat akan didownload. Salah satu alternatif yang sangat memadai adalah LangitMusik yang memiliki lebih dari 800 ribu lagu legal di dalam koleksinya.

    LangitMusik bersama MelOn Indonesia menghadirkan aplikasi music player multi device dan multi platform yang bisa dinikmati dimana saja dan kapan saja.  Bisa dinikmati via web maupun gadget. Seringnya nih ya, untuk beberapa web mensyaratkan Blackberry dengan OS min. 7.0. Hadeh, lha untuk BB-ku yang hanya ber-OS 5.0 bagaimana donk? Tenang, ternyata di LangitMusik tetap bisa loh. Ntar coba aaahh, saat ini karena aku lebih banyak menghabiskan waktu di depan komputer kunikmati saja via web.

    Tak hanya lagu-lagu baru yang ditampilkan di sini, banyak juga yang 'gue banget' loh. Manusia era 80-an seperti aku ini juga tetap bisa menikmati musik lawas. Eh tak kusangka, ternyata salah satu lagu kesukaanku dari Whitney Houston ada di Top NSP nih
sumber : langitmusik.com
    Whitney Houston dan Mariah Carey merupakan dua diva dunia yang sangat kukagumi. Suara bening dengan rentang oktaf yang tinggi menjadi daya tarik mereka berdua bagiku. Ingat kan performance mereka saat duet menyanyikan When You Believe, OST dari film The Prince of Egypt. What's your comment? Pasti bilang baguuuss.... excellent.... iya kan? ;)


...But Seriously, album Phil Collins tahun 1989, sumber dari sini
    Untuk penyanyi luar negeri, aku mengidolakan Phil Collins, mantan penabuh drum Genesis yang sangat piawai dalam menyanyi. Berbagai kaset dan CD Phil Collins memenuhi rak musikku. Bukan hanya lagu semacam Something Happened On The Way To Heaven, I Don't Care Anymore, In The Air Tonight, Sussudio, Easy Lover dan masih banyak lagi yang merupakan lagu yang dibawakannya secara solo saja yang kusukai. Debutnya bersama Genesis dalam Mama, Home By The Sea, Abacab dan Invisible Touch luar biasa melegenda. Sukaaa sekali dengan musik yang dibawakan grup ini.


   Selain itu aku juga mengkoleksi aneka kaset Michael Bolton. Penyanyi asal Connecticut USA ini telah memikat hatiku dengan suara tingginya yang seksi. Bolton yang semula penyanyi rock ternyata ampuh juga membawakan genre musik yang mendayu-dayu, seperti pada beberapa lagu kesukaanku berikut ini : Soul Provider & Georgia on My Mind (di album Soul Provider 1989), Missing You Now, We're Not Makin' Love Anymore dan Time, Love and Tenderness (di album Time, Love & Tenderness 1991), Since I Fell For You dan You Send Me (album Timeless : The Classics 1992), juga 3 lagu di album-album berikutnya yaitu Said I Love You But I Lied, Can I Touch You There dan Soul of My Soul.

    Kebanyakan idolaku bergender laki-laki, normal kan itu? ;)  Hanya The Corrs yang 3 anggota band-nya perempuan saja deh kayaknya yang kuidolakan. Kalau suka dengan berbagai musik sih iya, tapi yang sukaaaa sekali hingga menjadi idola kayaknya ya cuma itu. Whitney & Mariah are fine, I like their voice. Reza Artamevia punya timbre yang keren. Dido dan Natalie Imbruglia menggemaskan. Adapun artis Indonesia hanya satu saja yang kuidolakan hingga album pertama hingga terakhir aku punya semua. KLa Project, ya sampai sekarang aku masih sering memilih musik yang mereka garap untuk menjadi pendampingku saat sibuk berkutat dengan data-data di kantor. Aku memadukannya dengan kumpulan musik Jazzy Tunes kesukaanku dalam media player. Tinggal putar deh berulang-ulang, tidak ada resiko 'pita nglokor' lagi :)

    Meskipun aku gemar musik yang tidak begitu keras, jangan salah loh, Richard Marx juga jadi salah satu penyanyi kesukaanku. Aku punya cerita seru tentang yang satu ini. Saat itu aku sedang hamil anak pertama dan lagi sibuk-sibuknya memberikan terapi musik pada jabang bayiku. Berbagai album musik klasik dibelikan oleh suamiku dan kusetel menggunakan earphone. Kutempelkanlah ke perut. Sembari tiduran ataupun duduk santai kurasakan denyut kehidupan yang ada dalam perutku. Damai sekali rasanya. Suatu saat  entah ada kejadian apa aku tiba-tiba berada dalam kondisi emosional. Untuk meredam gejolak amarah biasanya aku pilih lagu Satisfied-nya Marx yang cukup menghentak. Nah kali ini lain efeknya. Bukannya amarah berkurang malah perut sangat mulas, dedek baby-nya 'ajojing' di dalam. Gerakan tubuh dan  tendangannya membuatku meringis kesakitan. Wah salah nih, rupanya aku tidak boleh egois dalam menumpahkan kemarahanku pada musik secara membabi buta. Ini baby yang kena dampaknya, mungkin saja buah hatiku itu tidak suka mendengarkan musik dengan volume keras. Padahal waktu itu earphone-nya kusumbatkan di telingaku loh, koq dia bisa denger ya? *emak pilon

cover album Anggun di masa remaja, diambil dari sini dan sini
    Satu hal yang masih sangat kuharapkan saat ini, yaitu mendunianya penyanyi-penyanyi Indonesia di kancah musik internasional. Ada Sandy Sandoro yang justru ngetopnya di luar negeri. Ih, kenapa sih tidak dilirik di Indonesia duluan? Hm, tapi kita punya Agnes Monica dan Anggun kan yang bersuara hebat, dahsyat malahan. Wuiiihh... Anggun yang dulu waktu aku remaja terkenal dengan lagu Mimpi, Bayang-bayang Ilusi dan Tua-tua Keladi sekarang sudah menjelma menjadi penyanyi internasional. Debut fenomenal come back-nya Snow On The Sahara tahun 1997 menandai perubahan image seorang Anggun C. Sasmi yang dulunya lady rocker menjadi Anggun yang 'anggun' dalam tampilan feminin yang cantik dan mature.

    Nah, ini ada Best Of-nya Anggun nih, bertajuk Design of A Decade 2003 - 2013, bisa disimak di LangitMusik.

    Apapun selera musik yang kita miliki, lepaskan saja. Be yourself. Nikmati. Tanpa musik apalah arti hidup ini, itulah ibaratnya. Bila no women no cry kata Bob Marley, maka no music I cry lah menurutku :)  Jika pun harus dicap kuno karena menggemari musik lawas, tak ada salahnya kan. As long as we are happy, hanya satu yang sangat kupercaya bahwa musik itu milik semua orang, menembus batas-batas yang diciptakan sendiri oleh manusia. Friksi selera hanyalah segmentasi yang tercipta dari pemikiran manusianya yang sangat terbatas. Betul?
    Adapun rentang jaman kini telah terjembatani oleh berbagai media seperti LangitMusik tadi. Lagu lama kesukaan kita pun bisa kita nikmati di sana. Tidak percaya? Lha ini. Wake Me Up Before You Go Go di awal tulisanku tadi pun bisa kutemukan ;)
sumber : WHAM di LangitMusik

Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Menulis Blog "Musik yang Asyik"



11 komentar:

  1. wow lengkap, apik banget mak, moga menang ya. Jadi ketahuan angkatan berapa *kabuuuurrr :D

    BalasHapus
  2. makasih darliiiingg.... *garuk2 bulu mata cetar sembari ngarep pengumuman menang lomba foto narsis CCR ;)

    BalasHapus
  3. uwoooo,,lengkap sekali mbaakkk..
    semoga menang yaakk :D

    BalasHapus
  4. terima kasih ayu yg cantik, semoga kamu menang juga ya :)

    BalasHapus
  5. saya suka ini, gambar2nya menarik, snagat menunjang tulisan dan menambah 'lama' menikmatinya :p

    semoga menang, Mbak! #bacadoa aamiin

    BalasHapus
  6. aamiin... terima kasih ya dek cantik, semoga kamu menang juga ;)

    BalasHapus
  7. Mantap ceritanya...! Emang dengerin musik, selalu mengajak pikiran kita kembali di masa kejayaan musik tsb.

    BalasHapus
  8. Mbakkkk... ternyata kita 1 generasi hahaha..
    Aku juga tumbuh bersama lagu2 Chicha, Adi, Lisa Tanzil dan Anggun C Sasmi :)
    Aku juga suka Phil Collins, Michael Bolton, NKOTB

    BalasHapus
  9. Ternyata kalau kita bicara tentang musik tuh asyik banget yaaa... karena emang hidup kita tak bisa lepas dari musik. Jadi, dalam tiap tahap perkembangan kita pun selalu ada musik (yang berganti2) yang menemani kita :)
    Gudlak utk kontesnyaaa... :)

    BalasHapus
  10. Lengkaapppp....*mlipir minder, sakses maaak!

    BalasHapus
  11. Uswatun Niswah : iya, pada musik lah memori kita bisa digantungkan *tsaaahh.... :)

    Mb Reni (for catatan kecilku & the others) : hihiiii...ketauan ya kita makhluk jadul, sukses juga ngontesnya utk panjenengan ya mba

    mak Dedew : sakseisss juga untukmu mak, nuhun udah mampir

    BalasHapus