12 Juni 2013

Pengalaman "Mendebarkan"

Warning : tulisan ini khusus untuk PEREMPUAN. Jika bukan perempuan namun nekat untuk membaca, jangan salahkan daku bila nanti termimpi-mimpi

     Pernah tau kan ya pastinya istilah "apapun dijabanin" untuk mendapatkan sesuatu yang kita inginkan. Nah, aku dan teman-teman sekantor dulu pernah mengalami hal tersebut. Kala itu kantor kami akan mengadakan outward-bounds, atau untuk lebih gampangnya kusingkat outbounds (OB) saja ya. Nah, salah satu daya pikat tertinggi dari OB ini terletak pada kegiatan arung jeram menyusuri Kali Elo, Magelang. 

sumber : Magelang Arung Jeram

    Wohooo... aku sih sebenarnya sudah pernah dua kali nyemplung ke jeram itu saat masih menjadi anggota aktif pencinta alam di kampus. Benar-benar nyemplung secara harfiah loh. Senior-seniorku dulu mengajari cara balik perahu (hingga tumpah) dan juga teknik untuk mengembalikannya lagi ke posisi 'secure'.

Bisakah membayangkan rasanya duduk di pinggir perahu, eh bukan, malah diminta berdiri deh kayaknya, di bibir perahu, pegang tali-tali yang ada di pinggir perahu, dan byuuuuurrr..... Perahu kami pun terbalik. Semua penumpang berhamburan, berceceran, tumpang tindih.

Kalau sekarang sih ngeri harus begitu lagi, tapi dulu terasa sangat menyenangkan. Pun kala mengarungi jeram yang cukup curam dan jatuh terpental dari perahu, itu semua sudah kurasakan. Teknik-teknik menyelamatkan diri yang diajarkan senior kupatuhi semua.

    Oleh karena itu, saat kantor memberikan iming-iming arung jeram ini, tak kuasa hati ini meronta-ronta *lebay. Harus ikut. Harus ikut.

Namun rupanya kenyataan tak seindah yang dibayangkan. Saat hari H justru aku pas dapet 'tamu bulanan', pas deres-deresnya pula. Halah, terus bagaimana ini.

Ada juga beberapa teman kantorku yang mengalami hal serupa, kami 'kedatangan tamu' berbarengan, sekitar lima orang kalau tak salah. Nah, di sini lah letak "apapun dijabanin" tadi bekerja. Dua orang temanku memilih untuk tidak ikutan, sebenarnya sih karena takut air alasan utamanya :) Dua orang lagi tetap ikut dengan trik yang 'lumayan jenius', menggunakan celana anti air yang biasa jadi pasangan jas hujan itu. Terus ujungnya diikat dengan tali. Asli, aku jadi terkikik sendiri kala itu melihat penampilan kedua temanku itu, celana koq ujungnya diberi tali rafia.

Terus, bagaimanakah siasat yang kugunakan? Samakah dengan kedua temanku itu? 

Jawabnya TIDAK.

Aku berburu sesuatu ke seluruh penjuru kota Semarang untuk mendapatkannya. Akhirnya barang yang kuburu itu ketemu juga di Guardian, toko yang menyediakan produk kesehatan dan kecantikan. Ada beberapa Guardian yang ada di Semarang, namun karena kota ini termasuk kota kecil, barang yang kucari tak kunjung jumpa. Ketemunya malah di salah satu outlet mereka yang nun jauh di daerah Puri Anjasmoro, daerah yang hampir sampai di ujung barat kota, padahal aku tinggal di ujung timur. Tak apalah, yang penting aku bisa mendapatkan apa yang kucari. Apa sih itu sebenarnya?

Pernah dengar yang namanya tampon? Ya itulah yang kucari.

Sebentar, jangan mengedik ngeri dulu ya. Pertama kali aku mengenal tampon adalah saat melakukan perjalanan dinas ke negeri antah berantah ;)  Cerita perjalananku itu pernah kutulis di artikel ini. Ini kuselingi cerita flashback dulu ya (semoga tidak bosan).

Nah saat sedang meeting serius dengan Mr. Zahn, buyerku, aku merasakan sesuatu, something's happened deh kayaknya. Sebagai perempuan sejati tentu saja kita akan tau manakala jatah menstruasi kita tiba. Apesnya, persediaan pembalut yang kubawa waktu itu tidak masuk ke dalam daypack yang kubawa. Tertinggal dalam koper besar yang sudah melaju dalam mobil sewaan yang digunakan rombongan satunya lagi untuk pelesir ke kota lain. Berabe nih, ciaklat kalau mba Dian Kristiani (penulis fave-ku) bilang ;)

    Bingung juga saat itu, harus bagaimana. Mau cari warung di pinggir jalan yang menjual pembalut jelas tidak mungkin. Memangnya di kampung halamanku, yang di tiap pojok gang ada warung kelontong? Resah sekali diriku, hingga akhirnya kuberanikan diri untuk berbicara dengan Mr. Zahn.

Me   :  May I talk with your secretary, Herr Zahn?
Zahn :  What for? Could you tell it to me?
Me   :   (ekspresi yang silakan dibayangkan sendiri) uh, ehm, I think I have to talk to her only.
Zahn :   (pandangan curiga, jangan-jangan mau sabotase bisnis, ini sih dugaanku saja)
             What's it all about?
Me   :   It's about women, Sir. Yeah, something personal (bujubune, kehabisan kata-kata deh aku)

Akhirnya bicaralah aku dengan sekretaris Mr. Zahn untuk 'memohon belas kasihan', minta barang satu atau dua lembar pembalut.

    Eh ternyata baru tau, di sana tidak umum menggunakan pembalut, kebanyakan perempuan menstruasi memilih tampon. Lebih bersih katanya. Wah, aku deg-degan juga waktu itu. Pernah sih membaca tentang tampon, tapi belum bisa membayangkan cara pemakaiannya. Maka sekretaris baik hati tadi mengajariku caranya. Detail cara pemakaiannya bisa dibaca di sini. Ngeri juga sebenarnya membayangkan saat akan memasukkan tampon itu. Tapi apa boleh buat, saat itu hanya benda inilah yang bisa menyelamatkanku. 

    Ternyata tidak apa-apa loh, aman dan nyaman, serasa tidak pakai apapun. Banyak orang membicarakan tentang efek negatif dari tampon. Entahlah, itu hanya dugaan saja atau tidak. Yang jelas aku baik-baik saja. Aku bisa melanjutkan meeting dan kemudian menempuh perjalanan jauh untuk menuju kota berikutnya. Tampon ini bisa bertahan empat jam lebih. 

    Itulah jurus yang kugunakan agar bisa tetap ikutan arung jeram. Tampon ini sangat membantuku saat kugunakan selama pengarungan jeram, kira-kira 3 sampai 4 jam, dia baik-baik saja. Tidak lepas dan darah menstruasiku tidak 'mbleber' kemana-mana. 

    Di sekelilingku memang tidak lazim menggunakan tampon. Ada berbagai bayangan buruk yang menyertai kehadiran si kecil imut itu.

Aku sih misalnya belum menikah kayaknya juga takut untuk memakainya. Tidak bisa disalahkan juga kengerian seorang gadis saat akan memasukkan benda asing ke vaginanya. Pheww... Adakah emaks atau embaks yang punya pengalaman dengan tampon?

Nyaman sih dipakainya. Hanya satu yang membuatku tidak memakainya saat ini. Uang yang digunakan untuk mendapatkan satu kotak tampon berisi 8 buah ini bisa untuk membeli empat bungkus pembalut yang setara jumlahnya.

MAHAL boww....*dasar emak2 :)



10 komentar:

  1. mb Lies Hadie : saya yg pernah pakai juga masih ngeri sampai sekarang

    Rumah Buku Iqro : terima kasih sudah mampir :)

    Inung : emang agak gimanaaa gitu nih tampon ;)

    BalasHapus
  2. Sering dengar sih mbak.. tapi sampai sekarang belum pernah kepikiran untuk mencobanya hehehe....

    BalasHapus
  3. Mba Reni : iya, nyari stok tampon juga sulit koq mba

    BalasHapus
  4. Belum pernah pake tampon, mbak. sekali-sekali boleh juga tuh :)

    BalasHapus
  5. Mayya : silakan bila ingin mencoba, di artikel ini kusertakan link cara pemakaiannya

    BalasHapus
  6. enggak aneh koq, semacam gumpalan kapas sebesar 2 ruas jari kelingking saja. Aku juga baru pake th 2005 (itu juga karena terpaksa) padahal sudah pernah baca iklan ttg tampon di majalah Kartini tahu 1980-an :D

    BalasHapus
  7. wikikik ... syaa sering masukin tampon :p
    kasihan bgt ya wanita2 yg perdarahan, harus diganjel itu, Mbak :(
    bentuknya macem2 loh. ada yg bulatan setengah genggaman tangan juuga

    BalasHapus
  8. wiiihh besar banget setengah genggaman, klo itu sih ngeri beud lah :(
    yg utk mens biasa cuma sebesar kelingking koq

    BalasHapus
  9. Aku lbh suka pake tampon krn lbh bersih,ga bau. Klo pas mens & sepedaan, pake pembalut biasa terasa ngganjel (marai berengen pulak!). Tampon ada ukurannya jg,spt pembalut pd umumnya. Ganti tampon jg hrs regularly biar ga bocor

    BalasHapus