22 Juli 2013

Masih Ada Orang Baik di Dunia - Part 1

Tanamkan kebaikan sekecil apapun - pic by credit
    Bener enggak sih bila ada yang bilang kalau hare gene makin banyak aja orang jahat di muka bumi ini? Makin ruwet dan semrawutnya urusan di dunia seakan-akan telah menghalau banyak kebaikan yang mampu disajikan. Benarkah?

    Tak hendak kumenghakimi pernyataan itu ataupun membenarkannya. Aku hanya ingin sedikit berbagi tentang kebaikan yang ternyata begitu dekat di saat kupikir sulit sekali untuk mendapatkannya. Tak perlu jauh-jauh untuk menemukannya. Di sekitar kita, di keseharian yang kita jalani, selalu akan ada kejutan yang tak terduga. Kebaikan yang seakan-akan selalu kita cari itu akan menghampiri secara apa adanya.

     Kemarin adalah hari-hari indahku di antara jutaan rahmat yang telah diberikan Allah sepanjang hidupku. Bertemu dengan orang baik merupakan keindahan tersendiri dalam hidup. Makin memacu semangat untuk terus meningkatkan kebaikan diri sendiri yang belum seberapa ini.

    Kebaikan pertama yang kudapatkan dari orang lain terjadi pada hari Minggu pagi yang lalu, saat aku dan kedua anakku berada di salah satu toko buku (tobuk) di Semarang. Tobuk ini identik dengan diskon lah kalau orang bilang ;)  Aku ke sana tidak sedang dalam acara hunting novel-novel keren, tetapi sekedar mengantarkan si sulung membeli buku pelajaran. Memang sih, saat melihat berlajur-lajur novel yang didiskon hingga 40 persen, berasa mangap-mangap saja deh mulut ini bak ikan yang ingin menghirup napas sebanyak-banyaknya. OMG, sungguh godaan yang luar biasa untuk memasukkan novel-novel itu ke tas belanjaan.

    Tidak tidak, aku harus kuat, aku pasti bisa untuk tak tergoda (meskipun sembari nangis darah) :D Masih teringat minggu sebelumnya udah kebobolan dompet gara-gara tak mampu menahan lapar mata. Ya sudah, untuk segera menghalau rasa itu aku segera memacu langkah menuju ke bagian buku pelajaran. Kalau di sana tak akan mungkin tergoda untuk membeli kan ya? hehehee...

    Mulailah aku dan si sulung longak-longok mencari buku. Ternyata catatan buku yang harus dibeli tak dibawa. Sulungku hanya mengandalkan ingatan visualnya akan cover buku tersebut. Waduh, alamat gawat nih kalau begini, pikirku saat itu. Kami berjalan berputar-putar mengelilingi tumpukan buku pelajaran kelas IV sembari terus mengamati satu-satu cover bukunya. Bisa setahun nih caranya begini, ubun-ubun sudah mulai memanas :) Lebih baik minta tolong petugas sajalah, ini option yang paling menenangkan dan melegakan.

penjaga tobuk yg baik ;) - pic by credit
   Ternyata kami tidak salah pilih. Petugas tobuk itu, seorang laki-laki muda baik hati bergaya bicara seperti mbak-mbak, membantu kami dengan sepenuh hati. Tak terkesan lelah ataupun terbebani, padahal sedari tadi kulihat mas itu sibuk membenahi berbagai tumpukan buku yang serampangan gara-gara diaduk-aduk pembeli. Bermodalkan nama penerbit dari tiap jenis buku pelajaran yang diinginkan sulungku, mas itu dengan lincah menunjukkan letak buku yang dimaksud. Dia pun dengan ramah bertanya pada anakku buku apa lagi yang masih kurang, IPA - IPS - Matematika - KPDL atau apa lagi lainnya.

    "Matematika mas, tapi saya lupa nama penerbitnya," ujar Vivi si sulung.
    "Oke tidak masalah dik, ingat judul bukunya?" tanya mas penjaga tobuk itu tetap ramah.
    "Terampil berhitung mas, itu covernya...." belum selesai Vivi menjawab, mas tadi sudah paham.
    "Ooo itu dek, sini sini, bukunya di sebelah sini," begitu ujarnya sembari membawa kami ke tumpukan buku matematika dari salah satu penerbit.
    "Iya, betul ini bu. Wah, mas-e pinter ya bu, kok bisa tahu penerbitnya langsung gitu sih, padahal kan judul buku dan mata pelajaran segitu banyaknya," takjub Vivi.
    "Ya sudah sewajarnya to nok, kerja di toko buku ya harus hapal sama dagangannya."

    Memang betul, setiap pekerja dimana pun yang mencintai pekerjaannya sebaiknya ya seperti mas penjaga tobuk itu. Itu yang ada di dalam benakku. Namun tak bisa dipungkiri, masih banyak pekerja - baik yang kantoran, di toko ataupun pekerja lapangan - yang sekedar masuk kerja tidak terlambat, bekerja asal-asalan, pulang tepat waktu dan akhir bulan mendapatkan gaji. Salah satu contoh yang paling sering kutemui adalah di pasar swalayan, dimana banyak mbak-mbak SPG sering bergerombol, bercerita dengan volume suara tinggi, bukannya mencari peluang untuk memberikan penawaran barang dagangannya kepada konsumen (meskipun dengan resiko ditolak atau tidak ditanggapi). Yah, mungkin mbak SPG itu gajinya kecil kali ya, jadi enggak semangat kerja, begitulah permisif yang bisa kusampaikan pada diriku sendiri.

    Tak banyak yang bisa seperti mas penjaga tobuk itu (sayang aku lupa ngelirik name tag-nya). Ini berdasarkan pengalamanku pribadi loh ya. Padahal saat kita sebagai konsumen dilayani seperti itu, waaaahhh senang sekali. Bahkan kadang berandai-andai, seandainya nanti bisa punya toko buku sendiri, mas yang baik hati itu akan kurekrut menjadi karyawanku. Loh membajak nih ceritanya hehehee... namanya juga berkhayal.

    Masih ada lagi sebenarnya cerita tentang orang baik di dunia ini. Kusimpan dulu untuk Part 2 saja ya biar tidak terlalu berat load kali ini. Tetaplah menjadi orang yang baik ya sahabat.

You never know, a little care of others will bring you to better places in future. 
Places of happiness, places of cheerful heart.


   

20 komentar:

  1. sahabat memang takkan terganti

    BalasHapus
  2. ditunggu part 2 nya loh mbk :)

    BalasHapus
  3. helaahhh malah pada nunggu yg kedua, mungkin masih lama bro *unjal ambegan :D

    BalasHapus
  4. mbak tulis aja kritsar di toko buku itu klo pelayan bernama ini baik sekali siapa tahu dipromosiin hehe

    BalasHapus
  5. bisa to mbak? boleh dicoba nih, siapa tau mas-e itu bisa dapat kepercayaan yg lebih dan sesuai passionnya
    thks ya mak Hana :)

    BalasHapus
  6. Saya juga punya pengalaman yang sama dengan pelayan toko buku. Walau ternyata yang kami cari tidak ada, tapi dengan pelayanan yang baik itu kami merasa puas.

    BalasHapus
  7. Kalau pengalaman saya berbeda dengan mbak Uniek, tapi intinya saya bertemu dengan orang baik :), saat sedang mengantri di bank, saya ingin transfer dan harus ada nomer ktpnya, namun saya tidak membawa ktp tapi saya ingat di nomer nik ktp saya di simpan di memo, saya memberanikan diri untuk meminjam sebentar baterai hpnya kebetulan baterai hp saya mati, dan alhamdulilah orang baik itu masih ada :)

    BalasHapus
  8. mak Niken : betul sekali, pelayanan yg model begitu bisa membuat pelanggan akan kembali datang meskipun saat itu tdk menemukan buku yg dicari

    mb Titis : Alhamdulillah ya, masih banyak orang baik di sekitar kita

    BalasHapus
  9. Mutiara dalam lumpur hi2..., maksudnya.. Tetap ada orng baik di tiap kerumunan yang "tidak baik"...

    Alhamdulilah...
    Semoga kita tergolong dlm org2 yang baik.... *motivasi untuk selalu berbuat baik..*

    Salam.. :)

    BalasHapus
  10. aamiin... semoga kita termasuk dlm golongan yg demikian ya Nova

    BalasHapus
  11. aku jg baru aja dibaikin orang, jadi speechless

    BalasHapus
  12. insya ALLAH selalu ada orang baik di dunia ini..mereka ada terselip di antara orang2 yang bersikap buruk namun bertampang kebaikan....salam :-)

    BalasHapus
  13. Ktmu org baik & helpfull hari gini rasanya kya nemuin berlian ya mbak... Btw salam knal dr Surabaya (tp aku asli semarang lho mbak) :)

    BalasHapus
  14. mak Leyla Hana, Pak Hariyanto & momtraveler : memang indah berjumpa dg org baik ya, hari panas berasa jadi sejuk saja ;)

    momtraveler : salam kenal juga, hayooo Semarang-e ngendi?

    BalasHapus
  15. masih ada Mak, spt aku *dijitak hihihi

    BalasHapus
  16. Inza Allah jika niat berjalan kita baik Allah akan mempertemukan kita dengan orang-orang yang baik, aamiin.

    Mba Toko buku di Semarang...hiks jadi pingin ke Semarang lagi

    Salam
    Astin

    BalasHapus
  17. satu banding seribu yaa mbakk... kadang ada yg baik kadang ada yang psang muka asem .Hehe

    BalasHapus