05 Mei 2014

My First Journey : Tour de Janggal

Pada suka backpackeran ya Sob? Ih aku enggak loh *bletaaak... disambit carrier yang masih pake cagak ;)


Jangan sentimen dulu laaahhh... ini ceritanya aku pening mau nyeritain petualangan yang pertama kalinya. Selalu ada yang pertama soalnya, mulai dari pendakian pertama, pengarungan pertama (untuk arung jeram), penelusuran pertama di gua, pemanjatan pertama di tebing (kalau sekarang sih bisanya memanjatkan doa), dan berbagai kegiatan alam bebas lainnya.

Tapi apakah yang namanya petualangan itu terbatas pada aktivitas di alam bebas itu saja? Tentu tidak dong yaaa... Anak kecil yang baru saja menyadari penemuan barunya bahwa bedak talc itu enak dimakan pun sudah masuk kategori petualangan. Menemukan kenyataan bahwa tegalan kangkung milik tetangga itu enak sekali dijadikan medan perang-perangan pake senapan biji kangkung juga termasuk petualangan. *yang ini pengalaman pribadi sepertinya hehehee...

Aku dan naik gunung. Pasti sudah pada bosen baca ceritanya. Di blog ini saja sudah beberapa kali menuliskan soal itu. Kali ini aku ingin berbagi kisah tour de janggal, perjalanan yang penuh aneka kejanggalan saat pertama kali pergi ke luar negeri.

Waduh, ke luar negeri, beneran Bulik? Kalau cerita dengan keponakan ketemu gede dari Jember pasti responnya seperti itu, iya toh? Ojo ngece lah, jelek-jelek begini ya aku nih memang jelek xixixiii... Kebetulan saja sih diajak oleh boss. Bisa ngomong Bahasa Inggris meskipun sepatah-sepatah, tegas bin garang, dan penuh semangat. Boss ku waktu itu tidak tau bahwa semua kesan tegas-garang-bersemangat itu rekayasa belaka, jaga image, di dalam hati sebenarnya ya takut juga sama dia yang jauh lebih galak dariku hehehee...

Ceritanya waktu itu (tahun 2005) perusahaan tempatku bekerja di-claim ribuan dollar karena dianggap mengirimkan barang yang tidak sesuai spesifikasi yang diminta. Tentu saja hal ini meresahkan pimpinan karena beliau curiga si buyer hanya rekayasa saja dalam mencari keuntungan. Kebetulan sekali saat itu di negara si buyer sedang ada pameran tahunan mebel dan wood working terbesar di dunia. Spoga Cologne. Ya, aku, bos dan beberapa orang keluarganya akan bertolak ke negeri yang pernah dikuasai Hitler itu. Selain untuk membuktikan klaim, rombongan kami akan mengunjungi pameran di Cologne (Koln). Pura-puranya lihat pameran, tapi rencananya pas di sana nanti akan gerilya buyer baru lagi.

Deg-degan banget saat ditawari untuk ikut serta ke sana? Aku? Aku yang baru saja kerja di perusahaan itu sekitar 3 bulan? Kenapa tidak karyawan lainnya yang lebih senior aja?

Melalui permenungan dan diskusi intim dengan suami (opo kuwi), akhirnya kuputuskan untuk menerima tawaran itu. Kapan lagi akan mendapat kesempatan emas ini. Kalau backpacker kan semurah-murahnya tetep keluar uang. Nah aku enggak lho. Mulai dari paspor, koper, tiket dan akomodasi ditanggung oleh perusahaan. Aku cukup ngutang sedikit Euro pada boss untuk beli oleh-oleh. 'Sedikit' yang pada saat balik lagi ke Indonesia menghasilkan utang dua juta lebih. Ealaaahh.... ra mangan sesasi reeeekkk...

Kecemasanku yang timbul saat ragu untuk pergi ini bukan tanpa alasan. Aku masih punya bayi yang belum genap berusia satu tahun saat akan melakukan perjalanan dinas yang jauh ini. Selain itu aku juga sama sekali belum pernah naik pesawat. Gimana coba nanti kalau hoek hoek di pesawat, gimana coba? *bertanya pada master mabok ;)

Tapi semua kecemasanku itu ternyata salah. Di dalam pesawat aku baik-baik saja. Perjalanan Semarang-Jakarta bagaikan sedang asyik-asyiknya ngupil tiba-tiba ada yang minta tanda tangan. Ndongkol kaaan... Singkat banget booo... Ternyata aku nggak mabok. Alhamdulillah.. Begitu juga saat perjalanan Jakarta - Kuala Lumpur, cuma sebentar, transit untuk pindah pesawat yang akan membawa rombongan kami ke Frankfurt.

Yang janggal dalam perjalanan ini adalah : aku ribut banget nanti bagasinya ketinggalan. Ya iya lah, pindah pesawat tapi kami turun begitu saja tanpa bagasi diambil. "Pak, nanti kalau barang-barang kita ketinggalan bagaimana?" tanyaku panik. Si boss, istrinya, dan adik+adik ipar boss langsung memandang takjub padaku. Bagaikan alien yang menyerobot masuk ke bumi untuk mereka. "Sudah diatur sama maskapainya Niek, kan kita tidak pindah maskapai, jadi bagasi otomatis sudah di-arrange semua."

Ooooh...bilang dong dari tadi, bikin orang cemas saja *dikapyuk teh sakgendul

Gilllaaak...bandara di Kuala Lumpur bagus banget. Antara bandara domestik dengan bandara international tersambung dengan monorail. Senang banget aku diajak naik kereta itu oleh boss. (gambar monorail-nya Aerotrain pinjam dari wikipedia). Katro ya katro laaah... memang belum pernah ini, pengin rasanya bolak balik antar bandara biar bisa naik kereta itu lagi hihiiiii... Kami menunggu cukup lama sesuai jadwal penerbangan sebelum akhirnya memulai penerbangan yang luaaamaaaa sekali. 

Ho oh, lama sekali loh. Perasaan di pesawat udah sarapan, makan siang, makan malam, eh koq ya nggak sampai sampai. Bu boss ternyata malah yang mabuk udara, minum obat entah apa itu. Aku? Mabuk kah? Hihihiii alhamdulillah enggak. Meskipun berada di kelas ekonomi, tempat duduk di pesawat ini cukup nyaman. Ada layar monitor kecil di sandaran penumpang depanku, bisa digunakan untuk menonton film, mengecek kondisi dan suhu di luar pesawat, maupun main game. Bagaikan anak kecil yang baru dapat mainan baru aku sangat menikmati fasilitas itu. Hampir saja enggak tidur.

Sebenarnya perjalanan kali ini lebih banyak ngurusi pekerjaan, tidak mampir dolan-dolan. Ya namanya juga dibayarin, udah untung diajak pergi ya ;)  Dari satu buyer ke buyer yang lain, mulai dari Frankfurt di bagian selatan Jerman, kami terus mobile hingga Hamburg di bagian utara. Tidak ada yang penting untuk diceritakan sih, ya namanya juga kerjaan, paling juga begitu begitu saja.

Jadi beginilah hebohnya tour de janggal, banyak hal janggal dan seru untuk diceritakan : 
  • Tiap kali makan ketemunya roti dan makanan lain selain nasi. Ya sandwich lapis selai, scramble egg (cuma orak-arik aja lho nyebutnya susah amat) polosan gak ada brambang sama unclangnya, steak dan baked potatoes (kentang obong). Sekalinya pengin makan nasi, pergilah kami ke Chinesse Food Restaurant, pesen nasi goreng. Dan mau tau rasanya seperti apa? Sungguh tidak bisa dipercaya, masih lebih nikmat rasa nasi goreng abang tek tek yang lewat depan rumah itu. Ini sih bukan Fried Rice, lebih tepat kalau dibilang Rice mixed with Soy Sauce. Beneran, seperti nasi yang dicampur dengan kecap saja, tak ada rasa bawangnya sama sekali. Ternyata orang sana gak suka yang berbumbu tajam, memang begitu ternyata seleranya. Sungguh aneh.
  • Saat kelelahan setelah lari-lari di sepanjang jembatan yang melintasi Sungai Rhein, aku duduk di Bierbar depan Dome Cathedral, eh ada anak kecil yang menghampiriku. Mengajak bercerita asyik sekali. Aku pun asyik monggat manggut dan menjawab semampuku. Ya gimana lagi kan, dia pakai Bahasa Jerman aku pakai Bahasa Jawa, enggak nyambung sama sekali. Heran juga ya, kenapa dia tiba-tiba suka padaku. Apakah wajahku mengingatkannya pada nanny-nya? Terlalu.
 
  • Ternyata orang Jerman tuh banyak yang tidak bisa berbahasa Inggris. Jadi kalau tanya-tanya arah dengan orang sana, bukannya ketemu tempatnya malah stress duluan.Seperti saat aku dan bossku terpisah dari rombongan saudaranya. Lewat sinyal telepon yang masih menggunakan provider Indonesia (payah banget nih), saudara si boss hanya bilang Dome Cathedral, mereka nunggu di sana. Lah, mana kami tau dimana itu tempatnya. Bertanya lah pada mbak mbak yang kayaknya lumayan terpelajar, kami berprediksi dia sedikit bisa berbahasa Inggris. "Where is Dome Cathedral, mbakyu?" tanyaku. Dia sepertinya tau pertanyaan ini, tapi dia tidak bisa menjawabnya dengan Bahasa Inggris. Tangannya serabutan kiri kanan atas bawah, ekspresif banget menjelaskan. Tapi tetap saja kami tidak mengerti. Bahnhoff, bahnhoff, berulang kali dia mengatakan itu. Bahnhoff ki opo, masih sejenis bandot? ;)  Akhirnya si mbak menirukan suara kereta api setelah pasrah tak berdaya memberikan penjelasan. "Railway station?" tanyaku. Ealaaah, si mbak mengangguk-angguk lega. Rupanya Dome Cathedral itu di dekat stasiun kereta api. Dan akhirnya kami pun harus bertanya ke orang lain lagi, dimanakah stasiun itu berada? Daripada si mbak pening lagi menjelaskan, mendingan nyari orang lain aja kan hihihiii...
  • Sependek pengalamanku menginap di hotel di Koln dan Hamburg, channel televisi sana tak ada yang kumengerti sama sekali bahasanya. Hanya CNN saja yang lumayan kupahami meskipun tingkat pemahamannya hanya 15% hihihii... Iya, semua siaran menggunakan Bahasa Jerman. Bahkan film Speed yang dibintangi Keanu Reeves itu dialognya pakai Bahasa Jerman. Mungkin pola penerjemahan bahasa inilah yang ditiru oleh JTV ya saat memutar The A Team dengan boso Jawa Timuran yang medhok :)
  • Baru tau kalau tiket kereta api Inter Continental (IC) yang seharga tiket pesawat Garuda itu bukan jaminan untuk mendapatkan kenyamanan. Saat perjalanan balik menuju Frankfurt untuk segera pulang kandang, kami naik IC dari Hamburg. Di setiap stasiun dimana kereta itu berhenti untuk mengambil penumpang, pasti kami terusir dari bangku yang kami duduki. Penumpang lain pasti sudah punya tiket dengan nomor tempat duduk yang telah tercantum, jadi mereka ngotot bahwa itu tempat duduk mereka. Usut punya usut, saat bertanya kepada mahasiswa Indonesia yang kuliah di sana, seharusnya saat membeli tiket kami menambah 2 Euro untuk booking tempat duduk, jadi nomor seatnya akan dicantumkan di tiket. Apalagi saat itu hari Sabtu, peak time untuk mereka yang akan melakukan perjalanan antar kota di Jerman. Oalah mbake penjaga loket kok ya enggak bilang sih. Tau kan muka kami ini muka Asia, kenapa enggak dipandu dengan benar? Akhirnya karena lelah pindah gerbong dan tempat duduk melulu, kami pun ndlosor di lantai dekat dengan sambungan kereta, tepatnya di sebelah toilet. Kebangeten. :(
Frankfurt Main Hauptbahnhof

  • Rindu luar biasa pada nasi dan selera Indonesia, membuatku kalap saat melihat lapak orang Timur Tengah yang menjual kebab komplit dengan berbagai lauk yang entah aku tak tau itu apa. Si abah berwajah Arab itu berbicara dalam bahasa Jerman yang cepat. Berdasarkan pengalaman, tak ada gunanya bertukar kata-kata dengan orang sana. Langsung saja kutunjuk berbagai isian kebab yang menurutku mengundang selera. Si abah itu menyendok isian kebab dengan terbengong-bengong, antara percaya tak percaya. Kenapa coba? Ya iya aja, saking kangennya dengan nasi, aku minta kebab itu diisi nasi plus masakan semacam rendang padang. Enak lho pedas-gurih-kaya bumbu. Gak peduli dengan tatapan tak percayanya. Yang penting habis beli, bayaaar.. beres deh. Lumayan lah, ternyata kebab isi nasi rendang ini menyelamatkan saat-saat garingku duduk di lantai sebelah toilet di kereta canggih bernama The Intercity Expres (ICE). Catat !

Itulah perjalanan pertamaku ke negeri orang. Semoga lain kali bila diberi rejeki dan kesempatan, perjalanan berikutnya tidak menjadi tour de janggal seperti begini :)



 

29 komentar:

  1. Eyaampyuuunnn mbakyuku kok tampilannya macho gitu ya...pangling liatnya..Hihihi....
    Kpn2 kita mbolwng bareng yuk mbak :p

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mak.... aku ketawa ketiwi ngebayangin gayamu saat tour de janggal ini... wekekeke... seru abis deh yaaa. Suka banget dengan tulisan ini.
      Ho oh, sepakat dengan Mak Muna, macho! Eits, tapi langsing yooo? :)
      Sukses untuk ngontesnya yaaa.

      Hapus
    2. Dekmun, aku wes ora semangat mbolang, enakan juga mbolang mbaling sing ning peterongan iku hehehehe..

      Hapus
    3. Mak Al, itu gaya yg sangat tertekan, seru yg sangat dipaksakan hehehee... Mbok jangan ngomongin masalah langsing laaah... Sekarang kan juga masih langsing hihihiii.... Terima kasih ya makkandi :)

      Hapus
  2. itu tante beneran yah ?????

    jadi pengen ngerasain ke Luar negeri.... Jadi keinget janji suatu saat untuk ke Viet....
    semoga ga kebanyakan janggalnya kek tante ahahhaha :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Niy lagi panggil2 tante. Ada yg panggil bulik, ada yg panggil tante, muka masih abege gini loh ya koq dipanggil kayak gitu :D

      Ditunggu cerita Viet nya ya.

      Hapus
  3. beneran pangling ... (keliatan cuma liat fotonya doang hehe ... padahal enggak. Dibaca dooong)
    Saya malah belum pernah sekalipun naik pesawat dan ke luar negeri, mak. Kayaknya bakal gimanaaa gitu kalo kejadian. Kapan ya??

    BalasHapus
    Balasan
    1. Insya Allah segera mba... aku juga gak tau nih kapan lagi bisa dapet kesempatan itu :)

      Hapus
  4. ahhhhh Jerman, muuppeengg, tapi ga buat duduk dkt toiletnya ya mba hhe...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jangan sampai deeeh hihihiii... cukup aku aja yg mengalaminya ya ;)

      Hapus
  5. hahaha....mbayango tolah toleh ndek jermn hehe..itu tomboiy bgttttt

    BalasHapus
  6. Kalau jalan2 ke LN lagi ajak2 saya, Mak :D

    BalasHapus
  7. Bulik beneran tau nang Jerman ternyata. Sumpah ngakak aku baca tour de janggel ini (janggel jagung be'e, wkwkwkwk)...

    Bulik, fotomu muacho sekali. Etapi, foto yang terakhir itu, yang pakai tas kuning itu tahun berapa? Lihat model tasnya, kayak yg tahun...

    *Kabur sebelum dilempar cagak :P

    Bulik, terima kasih atas partisipasinya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hadeh, ibu juri kenapa tidak baca dg benar yak, kan udah ditulis itu tahun 2005.
      sini sini bujur, ke Semarang sini, ntar taktraktir mubeng2 kota naik bis, biar saingan kisah tour de janggalnya :D :D

      Okesip, selamat bertugas ya bu juri ;)

      Hapus
  8. perjalanan yg penuh kesan ya...
    itu fotomu mak? pangling yo... :)

    BalasHapus
  9. Wah katanya urang desa tp udah menjelajah keliling dunia mbak :D
    #salut, semoga bisa ketularan ;)

    BalasHapus
  10. Wkwkwkwkk ngakak guling2 baca ceritanya. Owalah kayak naik kereta ekonomi pas mudik lebaran, ndlosor dekat toilet. Mak Uniek waktu mudanya lucuk. Masa sih itu sudah punya 1 anak? Bukannya baru lulus SMA ya?

    BalasHapus
  11. itu fotonya mbak uniek? pangling loh

    BalasHapus
  12. Hehe tour de janggal, kirain itu tadi nama sebuah tempat atau daerah.... eh, ternyata

    BalasHapus
  13. enaknya bisa melanglang buana ke sana ke mari ...

    BalasHapus
  14. Emang masakan Indonesia selalu dirindu ketika di luar negeri. Aku juga pernah merasakan ala eropa terus saat ada acara Internasional meski di Indonesia. Akhirnya kabur sebentar nyari warteg. haha.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Begitu sampe Indonesia aku langsung bikin sambel tempe xixixiii.. Mewah banget itu maaaahhhh :D

      Hapus
  15. wkwkwk... asli ngakak maca critamu iki.. sori yooo.. ra kuat ngempet.. tapi alut padamu sing pancene kendel iku... muga2 sukses nang GA iki yoo.. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. halaah sorii.. ana sing ngorupsi 'S' dadi 'alut' dibaca 'salut' yo Wuuk.. :)

      Hapus
    2. Lah, mb Mechta terngakak di atas penderitaanku donk :D

      Hapus
  16. Sepakat dg yang lain... Mak Uniek machoooo....
    Untung aja saat itu tawaran dari pak boss utk ikut ke Jerman... kesempatan kan tidak datang 2 kali ya?
    BTW pengalaman pertama selalu saja seru yang Mak.
    Gutlakkkk..... :)

    BalasHapus
  17. Whoaaa...
    asyik sekali jalan jalan nya mbaaaa...
    emang suka rada serem serem gimana sih kalo bepergian ke tempat yang bahasa primer nya bukan bahasa Inggris yah mbaaa..tapi kalem aja selama masih bisa pake bahasa tarzan...hihihi...

    dan itu potonya terlihat sangat jantan mbaaa...hihihi...
    *dilempar kulkas*

    BalasHapus
  18. Ealaah, Mbak Uniek :))) *ngakak ora rampung-rampung*

    Eits, itu bocah ... padahal Mbak Uniek terlihat macho lho, teteup ya nempel :P *dibalang banyu sakgenthong*

    BalasHapus