19 Desember 2014

Jangan Benci Bapakmu



Adakah di antara sobat blogger yang memiliki papa / ayah / bapak / abi galak? Sering memaksakan kehendak dan bagaikan tak mau mengerti dengan keinginan kita?

Jangan benci bapakmu. Jangan buru-buru hakimi beliau dengan aneka cap yang tidak mengenakkan. Itu saranku : untuk diriku sendiri tepatnya. Tapiiii... sepertinya sudah terlambat. Bapakku sudah tidak ada. Saranku berarti percuma ya?

Aku ingin melakukan kilas balik ke postinganku tanggal 29 Maret 2014 yang berjudul Luka Itu Menguatkanku. Pada tulisan tersebut aku curhat habis-habisan tentang apa yang pernah kurasakan terhadap bapakku dulu. Memang tulisan itu dibuat untuk diikutsertakan dalam salah satu give away untuk mendapatkan buku Sang Patriot, namun beneran dalam postingan itu aku menceritakan apa adanya tentang apa yang kurasakan dulu. Masa kecil hingga remaja bersama bapakku yang keras luar biasa.

Biasanya tulisan curhatku tidak bergaya bahasa seperti itu. Aku lebih sering membungkus kisahku dengan berbagai kata-kata lucu, yang bagi kebanyakan orang tidak dimengerti sebagai curahan hati yang sedang galau. Di Luka Itu Menguatkanku lucu-lucuan semacam di Telpon Keset atau Andai Aku Jadi Detienne. tidak ada. Di kedua postingan yang kusebutkan terakhir itu, ada keluh kesah yang berbalut canda. Namun di postingan tentang bapak, secara lugas aku menceritakan berbagai kejadian seperti merasa teraniaya, dipaksa, tak punya kebebasan dan macam-macam blablablaaaa yang penting sekali untukku di masa lalu.

Apakah dengan curhat semacam itu selanjutnya bisa merasakan lega? Bukan. Bukan itu intinya.

Bila masanya telah tiba nanti, aku ingin anak-anakku membaca postingan ini. Saat akal dan rasa mereka telah mencukupi, bisa kupastikan mereka akan memahami apa yang sedang ayah mereka perjuangkan untuk masa depan nanti. Sama dengan yang dilakukan almarhum kukung mereka itu kepada ibunya ini. Biar mereka tak mengeluh panjang pendek doremifasolasido dalam berbagai kunci yang penuh tanda kres dan mol. Biar tidak meniru ibunya yang pendek akal di masa lalu X_X

Ya, setiap tulisan memang mengandung makna. Walau kuakui memang aku tak pandai mengungkapkannya. Bahkan lebih sering semrawutnya dibandingin benernya ;) Apalagi untuk postingan dengan nuansa sendu seperti itu. Sesuatu yang 'enggak gue' banget, namun harus ditulis agar bisa 'menyelamatkan' orang lain yang potensial menjadi seperti diriku di masa lalu itu.

Semoga effort luar biasa yang kulakukan di postingan tersebut dapat tertangkap oleh pembacanya. Tak hanya bagi anak-anak yang potensial memiliki ketidakpuasan dengan policy yang diterapkan oleh ayah mereka. Jangan benci bapakmu, itu saranku. Juga bagi sang bapak, semoga bisa lebih bijaksana dalam menyelami keinginan dan potensi putra-putrinya. Agar cintanya tak bertepuk sebelah tangan seperti almarhum bapakku.

Maafkan, sepertinya mataku sudah mulai membasah. Kuharap kilas balik postingan ini bisa membawa manfaat bagi semuanya

27 komentar:

  1. Sebuah pencerahan yang bagus sekali bagi kita semua. PEran ayah akan selalu di hati anak anaknya sampai kapan juga

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul sekali pak, semoga suamiku bisa pas dalam membimbing anak-anak kami.

      Hapus
  2. Setiap orangtua punya cara tersendiri mendidik anaknya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga anak2 kami nanti bisa menerima dg senang hati ya cara mendidik kami (aku dan suami).

      Hapus
  3. Setiap orang tua punya caranya sendiri dalam mencintai buah hatinya ya mak

    BalasHapus
  4. aku juga punya Babe super gualak mak..emang rata2 tahun 80-an ortunya disiplin n gualaknya minta ampyun. AKu sih gak benci udah ta maafin. Sukses utk kontesnya ya Mak

    BalasHapus
  5. sama mbak,bapakku juga udh meninggal,sukses utk GA'y ya....

    BalasHapus
  6. Galak karena sayang banget padamu mak..

    BalasHapus
  7. Saya datang dan sudah membaca “Self Reflection” di blog ini
    Terima kasih telah berkenan untuk ikut lomba saya ya
    Semoga sukses

    Salam saya
    #82

    BalasHapus
  8. pencerahan yang luar biasa,intinya bagaimanapun sikap bapak kita,kita tidak boleh membencinya.terimakasih sudah share :)

    BalasHapus
  9. Hiks, jadi syedih. Postingan yang mana sih? Brb klik

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mak Lus, suka sedih klo inget kedodolan di masa lalu. Mana sampai beliau meninggal aku blm bisa bikin apa2 yg membuat bapakku bangga :(

      Hapus
  10. aku malah mengidolakan ayahku hhihhi padahal orangtuaku juga keras, klo kata adekku slogan orangtuaku gg kayak prudential, "always listening always understanding" hhahha. tapi dari dulu aku sudah belajar mengandalkan diri sendiri sih, jadi sekeras apapun orangtuaku, aku lebih keras lagi huehehehe

    BalasHapus
  11. Aku tidak benci bapakku kok mbak, meski beliau membuat kesalahan besar. beneran....
    kok tiba2 komentar gitu ya... hihi.
    Kita saat ini adalah hasil perjuangan kita (salah satunya dalam memahami perlakuan ortu), karenanya... tak boleh membenci mereka yg menoreh banyak luka. karena luka itu menguatkan. Ngono to mbak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahaa...Mb Susi pinter ik menghubungkan antar pos.
      Iya, bener mbak, ga boleh benci sama orang tua. Ntar nyesel loh.

      Hapus
  12. Ketegasan ayah demi masa depan anaknya... Turut sedih mak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Loh koq malah sedih. Jangan dooonnkkk... ini kan refleksi buatku dan semoga tidak terulang utk orang lain :)

      Hapus
  13. ya ampun aku lama gak mampir ke blog mbak uniek ternyata ya

    BalasHapus
  14. Bapakku adalah teman, ayah, sahabat dan pujaanku. Kalo pun galak, itu untuk menjaga aku, putri yang disayanginya <3

    BalasHapus