06 Februari 2016

Pro dan Kontra Reuni Sekolah

Bolak-balik reuni melulu, apa sih sebenarnya manfaatnya?

Pernah terlontar pertanyaan seperti itu dari seorang sahabat. Seseorang yang kecewa luar biasa saat tidak menemukan esensi sebenarnya reuni yang dihadirinya. Semua teman lama yang hadir saat itu berlomba-lomba memamerkan kesuksesan masing-masing. Adapun bagi yang belum sukses rata-rata melipir dan lebih memilih mojok sambil memegang gelas bekas minum es, yang meskipun sudah kosong tak berisi tetap saja dipegang dan dipandang-pandang saking ga ada lainnya yang bisa dikerjakan. Mau apa lagi coba, teman yang sukses sedang mewartaberitakan kehebatannya, sedangkan yang pegang gelas ini tak ada yang bisa dipamerkan.

Ironis?

saat reuni dengan teman SMA

Buatku sendiri sih tidak ironis.

Mungkin bagi yang hobi sensian dan baperan memang ya kondisi yang dialami si pemegang gelas tadi memang bikin menderita. Suasana menjadi tidak asyik tatkala hati kita sudah terluka pada gebrakan pertama. Gimana mau enggak terluka, niatnya pengin kangen-kangenan sama teman lama lha koq malah ndengerin orang riya'.

Buatku sih reuni itu memang ajang seneng-seneng, plus bonus silaturahim. Plus plus lainnya akan tercipta saat melalui silaturahim itu satu sama lain bisa saling support. Misalnya nih, ketemu aku yang selain mburuh juga hobi ngeblog, trus nawarin deh : piye Niek misalnya kamu bikin tulisan tentang cafe baruku? Ntar ada cuan nya laaahhh... Hahahaa... kalau seperti itu kan namanya simbiosis mutualisme kan?

Itu misalnya saja loh. Tak perlu berujung materi. Mendapatkan referensi ataupun koneksi melalui teman lama juga bukan hal yang mustahil. Bisa saja kan bagi kita yang misalnya punya usaha craft, eh ndilalah pas ketemu teman lama di reunian ternyata dia sedang membutuhkan pengrajin untuk mensupply toko aksesorisnya. Harak klop banget to yang begini ini.

Sekali lagi itu tadi misalkan saja lho ya. Intinya bukan berujung pada materi, namun perolehan nilai plus plus dari sebuah reunian tadi memang akan terasa hangat karena diiringi dengan semangat kekeluargaan dan persahabatan yang tulus.

Dua dari kami dulunya tomboy sekali, sekarang enggak kan? Udah ibuk-ibuk semuaaaa,.. :)

Ada juga nih yang minder saat ketemuan. Entah itu karena status marital ataupun status ekonomi yang dianggapnya tak layak bersanding dengan teman-teman lainnya. Duh, kalau aku sih cuek saja ya. Teman-teman sekolahku sudah pada sukses dan naik mobil bagus ya kan itu hak mereka. Aku tak kalah bangganya saat datang dengan menumpang angkot. Aku lebih hebat karena dengan uang yang kubayarkan kepada supir angkot berarti aku sudah memiliki kontribusi kepada supir angkot tersebut plus keluarganya. Siapa tau sekian ribu yang kubayarkan di saat dia sedang sepi penumpang itu memang benar-benar sedang dibutuhkan oleh keluarganya untuk membeli sesuatu. Ya kan ya kaaann...

Lagipula, rata-rata orang yang sedang reunian juga tidak melakukan rekap statistik data kekayaan teman-temannya. Paling banter kan ya nggedabrus alias ngobrol seru tak keruan tentang masa lalu. Apalagi sih yang mau kita tertawakan bersama selain masa lalu yang lugu, lucu dan naif itu ;)

Mentertawakan kebodohan kita sendiri di masa lalu itu termasuk self healing loh. Kok bisa?

Coba kalau tidak ada pengalaman itu di masa lalu, tentu kita sekarang nggak akan jadi begini. Paling tidak, kita yang sekarang, yang Insya Allah sudah jauh lebih baik dibandingkan masa sekolah itu, bisa merasa bersyukur telah mendapatkan waktu untuk terus berkembang. Dari sekedar anak sekolahan yang taunya cuma mbolos dan nyontek, bisa menjelma menjadi seseorang yang paling tidak memiliki arti untuk orang-orang di sekitar kita. Bisa keluarga, bisa tetangga, bisa juga sahabat kita.

Lha kalau ternyata ada juga yang babar blas tidak memiliki arti?

Ya berarti itu PR untuk diri kita sendiri gimana caranya agar bisa melakukan aktivitas yang berkaitan dengan masa depan, yang tak sekedar berguna untuk diri kita sendiri, namun juga bermanfaat untuk orang lain. Nggak usah muluk-muluk lah. Bagi yang sudah menikah, tentunya ada saja kan yang bisa kita kerjakan untuk keluarga kita. Dan untuk yang masih bujang, heiiii... waktumu untuk orang lain masih lebih banyak loh. Ayo segera leburkan diri kesana-kemari agar makin banyak kenalan dan kawan.

Kalau buatku pribadi, reuni sekolah itu sesuatu yang layak dipertahankan pelaksanaannya. Asalkan diingat asas tidak pamer dan membuat teman yang lain minder. Plis deh ah, kalau sukses itu dibagi-bagi, jangan dipek dhewe ;)

Kalau untuk teman-teman, suka hadir di reuni sekolah apa tidak? Suka dan merasa nyaman kah saat hadir di sana?

3 komentar:

  1. Sebelum nikah lumayan sering reuni. Dan iya sih awal" baper tiap ada yg pamer gitu. Lama-lama ya dibawa woles, santai aja :v

    BalasHapus
  2. saya jarang ikut reuni, soalnya waktunya selalu ga pas kalo mudik :(

    BalasHapus
  3. Pernah diundang reuni..dan itu bikin baper..soalnya ada mantan juga disana..wkwkwk *aku mah gitu.. :p

    BalasHapus