06 Maret 2013

Permainan Nasib



Baru-baru saja menyemangati rekan kerja yang sedang kena problem serius. Tak bisa dibayangkan memang, tatkala kita sebagai karyawan sudah berusaha bekerja sebaik dan sejujur mungkin, namun tetap saja ada lontaran pertanyaan yang cukup menyakitkan dari pihak manajemen. 

Ya seputar kejujuran itu tadi.

Mencoba flashback pada kisahku sendiri sekitar empat tahun yang lalu, manakala cobaan terberat dalam pekerjaan menghantamku. Sepanjang hampir lima belas tahun bekerja ‘ngikut orang’, baru kali itu aku bertemu dengan seseorang yang dengan begitu ‘keji’ mencoba memangkas peruntunganku, jalan rejekiku, saranaku mendapatkan nafkah untuk anak-anak dan keluargaku.

Bertahun-tahun aku bekerja sebagai pegawai yang ‘berkeahlian khusus’ ngurusi dokumen, birokrasi, kelengkapan dan segala tetek bengek menyangkut ekspor kayu olahan. So many regulation, so many avoidance, too much prohibition dan lain sebagainya, yang tidak bisa kujelaskan secara detail. Rahasia dapur perusahaan dan segenap birokrasi yang nyantol ke aneka instansi ;) 

Intinya rumitlah kalau kerja di pabrik kayu itu. Tapi di sinilah duniaku. Tak hendak ditolak tak akan disesali, hanya berharap selalu menikmati apa yang bisa aku lakukan sebagai ladang ibadahku untuk anak-anak dan keluargaku.

Nah, di saat aku baru beberapa bulan bekerja di suatu pabrik kayu (setelah beberapa tahun sebelumnya bekerja di pabrik kayu lainnya) tiba-tiba saja dipanggil big boss

Wah ada apa nih, deg-degan juga, secara aku hampir tidak pernah berkomunikasi dengan beliau sepanjang kerjaanku beres-beres saja. Jangan-jangan mau naik gaji nih hihihiiii… 

Ternyata harapan naik gaji tadi cuma mimpi di siang bolong. Tak ada hujan tak ada petir tiba-tiba saja beliau menyampaikan ada tuduhan bahwa aku mencuri 2 kontainer yang siap ekspor. 

Huah, antara jengkel, marah namun juga geli atas tuduhan ini. Rupanya ada teman sejawatku, yang notabene tidak ada hubungannya sama sekali dengan pekerjaanku, namun dulunya adalah orang kepercayaan beliau, melaporkan ada ketidaksamaan antara nomor truk yang masuk dan keluar pabrik. 

Sebelumnya mari bayangkan seberapa ukuran container. Pernah lihat kan kalau pas berpapasan dengan container, itu tuh box raksasa dari besi yang ditumpangkan di atas truck trailer. Container dengan ukuran sebegitu gedenya tentunya juga untuk diisi barang dengan volume yang besar juga (kalau cuma sedikit kan rugi ongkos tentunya). 

Sebagai gambaran bagaimana isi container tersebut mari kita lihat foto berikut (tampilan dari pintu container, tempat dimana barang dimasukkan maupun dikeluarkan).




Tinggiku 1.65 M maximum cuma mencapai tulisan MAX GROSS itu (sebagai perbandingan) 

Wow, gede banget kan. Nah, kira-kira kalau container segede gaban gitu mungkin gak ya gue colong? 

Rupa-rupanya tuh 'teman berbulu domba' ini udah ngincer dari dua bulan sebelumnya. Padahal temenku itu juga tau bahwa untuk memasukkan barisan decking (kayu olahan berupa deck yang sudah siap dipasang sebagai lantai atau pun dinding) perlu cara khusus yang sangat membutuhkan ketrampilan dan koordinasi antar bagian, mulai dari mandor packing+loading, supir forklift, karyawan-karyawan yang bertugas untuk membantu angkut-angkut segala pernak-pernik kelengkapan proses muat ini. 

Jadi tidak bisa hanya menggunakan tenaga manusia, harus ada peralatan khusus untuk mengangkat produk, mendorongnya masuk ke dalam container dan menggeser-geser produk tersebut bila kurang lurus tatanannya. Nah, bila untuk muat saja sudah sekian banyak orang yang dilibatkan, berarti untuk nyolong atau berbuat curang harus membungkam berapa mulut tuh? 



begini lah cara si produk masuk ke dalam container, tak mungkin bisa manual 


Pada tumpukan kayu seperti terlihat di gambar atas ini, bisa tampak ada 3 tumpukan besar kayu (alias 3 package). Masing-masing package beratnya sekitar 1.5 ton, jadi untuk 3 tumpukan itu beratnya 4.5 ton. Kira-kira butuh karyawan yang sekuat Superman kah untuk mengangkat beban seberat itu diam-diam tanpa harus melibatkan berbagai pihak seperti tersebut di atas. Hihihiii... yuk Man Superman kita main bola. 😁

Belum lagi stock opname kayu tiap bulan pasti dilakukan. Masak setelah dua bulan berjalan enggak ada yang nyap-nyap kehilangan kayu sekian puluh meter kubik. Padahal satu meter kubiknya saja sudah lebih dari setengah tahun gajiku. Seberapa pun level gajiku saat itu, tentunya secara logika sudah jelas how much money already lost bila kejadian itu benar. Tentunya di stock opname bulan pertama pasti sudah akan langsung ter-detect. Ampun dah, lelucon yang enggak lucu sama sekali ini namanya. 

Sejelek-jeleknya teman kerja, paling-paling cuma nggosipin di belakang. Tapi kalau ‘tikaman’nya sudah ke arah pembunuhan karakter sekaligus pembunuhan jalan rejeki orang, wah sudah terlalu itu. 

Pada saat aku disidang, luar biasa meluap amarah di dada, sampe wajah merah dan dada mau pecah. Terlaluuuu… sungguh terlaluuuu… Sungguh tidak menyangka dia yang paginya masih bermanis kata denganku ternyata tega 'menusukku' seperti itu. 

But the show must go on. Kujawab satu demi persatu pertanyaan dan mengklarifikasi kejadian. Didukung setumpuk dokumen yang lengkap kutunjukkan pada big boss tersayang, bahwa aku bukanlah pencuri (huahuahuaaaa nangis terisak-isak dalam hati sebenarnya).

Ketika dikonfirmasi balik ke si pelapor, ternyata si dia malah dasar pengaduannya tidak kumplit. Kebingungan sendiri deh doi. Apalagi sidang kali ini tidak cuma diriku yang tersangkut, jajaran manajer dan direksi terkena semua. 

Dianggap kecolongan, kenapa kejadian seperti ini kok tidak bisa disinyalir dari awal. Mau disinyalir apanya, wong memang tidak ada kejadiannya kan. Di sini letak permasalahannya cuma sekedar human error. Aku salah tulis plat nomor trailernya, misal nih ya, 9898 kutulis 9889. Udah, gitu doank. 

Ceritanya bisa ngalor ngidul, sampai ada skenario kalau container muat barang malem-malem, dibawa pergi diam-diam (satpam mana satpaaaaammm :p) trus masuk lagi untuk ambil barang. Perasaan kayak muat pasir aja deh awww :D Sebagai tambahan informasi, untuk memasukkan produk kayu tersebut luar biasa sulit. Dan lebih sulit lagi proses 'unload'nya, tanpa peralatan dan kecakapan khusus, produk tersebut bisa cacat tergores-gores di sisi-sisinya. Negara tujuan (importir) lebih capable dalam membongkar muatan ini karena mereka punya peralatan yang lebih canggih. 

Jadi bisa dibayangkan betapa murkanya bapak-bapak manajer dan direktur yang kena semprot itu. Setelah kejadian itu, si pelapor tadi langsung dimutasikan ke bagian stok kayu, dengan alasan bahwa agar stok kayu aman dan tidak dicuri lagi, sebaiknya dia saja yang handle urusan hitung menghitung kayu itu. 

Nah, jadi kena batunya tuh ‘temanku yang baik hati dan tidak sombong’ itu. Ending-nya si doi mengundurkan diri karena memang tidak menguasai masalah stok kayu dan merasa ‘dinelangsakan’ di bagian itu. Memang posisi pekerjaannya tidak berurusan dengan hitung-menghitung kayu, si doi cuma pemegang pembukuan / kas.

Tulisan ini kubuat tidak untuk mengungkit-ungkit kejelekan siapapun, termasuk my lucky friend tadi. 😉 Hanya untuk menunjukkan bahwa kejujuran amat diperlukan di mana pun, termasuk di lingkungan kerja. Setinggi apa pun lompatan yang kita buat, tapi bila didasari ketidakjujuran, kemungkinan untuk 'terpeleset' dan 'terpelanting' pasti ada.


You already paid by your boss, if you need some more, please ask him/her to give you additional. If not possible, just pass your days there like nothing happened or try to seek some other better job. One important thing to remember : Never cheat. 

Semoga para ibu di rumah yang semula mengira jauh lebih mudah menjadi ibu bekerja bisa mengerti, dunia tak seindah yang selalu kita bayangkan. Mungkin semula berasumsi bahwa enak banget ya, tinggal berangkat kerja, enggak usah ngurusin anak dan rumah , di kantor kalau capek kan tinggal istirahat, gak puyeng dengan segudang urusan rumah tangga. 

Hehehe….padahal kalau anak di rumah sakit ataupun nelpon sekedar nanya boleh makan ini gak, boleh ambil itu gak, atau minta ibunya pulang cepet, jadi kepikiran loh, bener. Duuuhh, kalau pas begitu rasanya hati teriris-iris lho Bun, terpaan rasa bersalah luar biasa membuncah. 

Belum lagi ditambahi dengan tekanan kerja yang tidak 'beradab' seperti di atas. OMG, siapa sih yang kepingin ngalamin seperti itu :'( Tolong saya didoakan biar bisa jauh lebih bersyukur ya, sebesar syukur para mommies yg bisa full time mendampingi putra putrinya. Sungguh saya ngiri luar biasa pada mereka ;)

Banyak juga yang menyarankan untuk jadi housewife sejati aja. Rejeki toh tak lari kemana, Allah pasti kasih lah. 

Yes, terima kasih banyak untuk perhatian dan sarannya. Masih ada banyak faktor yang tidak bisa diungkapkan di sini kenapa sampai sekarang diriku masih kerja kantoran. Semua pilihan pasti ada konsekuensinya kan. 

Yuk saling mendoakan saja. Semoga siapa pun, di mana pun dan apa pun pekerjaan yang kita lakukan selalu diberkati olehNya.

10 komentar:

  1. dimanapun kita bekerja, akan selalu ada konspirasi atau main politik guna mencapai tujuan2 tertentu.
    biasanya sih di bagian2 yang 'basah' pasti banyak yg mengincar.

    untung ya Mbak, pean bisa menjelaskan n ada bukti2 kuat buat menyanggahnya. semoga tetep bisa bekerja dengan baik n penuh dedikasi. *berdoa juga buat diri sendiri*

    BalasHapus
  2. matur nuwun Mr. Moz. sebenarnya posisi saya tidak di bagian 'basah', justru teman saya itu yg berada di bagian 'basah'. gara2 ulahnya malah dia terlontar dari segala 'kebasahan' yang selama ini telah dinikmatinya ;)
    Oke, semoga tetap sukses di gawean dan bisnis indie publishingnya

    BalasHapus
  3. dadi iki ono 2 cerita, kerjoan sama dilema emak bekerja. tapi rumput tetangga mang terlihat selalu lebih hijau *hug mak uniek*

    BalasHapus
  4. hihiii...itu kan udah sepaket dear Wuri, emak bekerja pasti pernah merasakan seperti itu, apalagi emak pengasih dan penyayang seperti diriku *ember mana embeeeerrrr ;) hug n kiss u lopely too

    BalasHapus
  5. mbaaak...tetep smngaat. Musti liat kebawah mbak, karena ada masalah pelik yang lebih NGERI. (sbnrnya masalah mbak lumayan gede juga~menyangkut nama baik n kredibilitas). Sbg bahan compare nih mbak...kakak kelasku kerja di Perusahaan Cigarette yg terkenal tuh"iklan"nya, slain gaji, dapat fasilitas n tunjangan okay. Tapi ada sisi lainnya yg bikin jadi bumerang. Dimana, waktu itu dipercaya sebagai tangan kanan kepala pimpinannya, lalu ada sidak finansi,nah k2k klasku kebagian getah.Dijadikan kambing hitam. Dianggap menggelapkan uang "RATUSAN"jeti. Nah, sbg bawahan biasa (orang kecil) mana kuat ngelawan tirani. Mendingan k2k klasku tuh resign n sambil bertggjwb "nyicil" denda itu yg bkn dari kesalahannya.
    Semoga mbak Uniek bisa bsabar, tawakal n slalu nyenyuwun sama Gusti Allah~pemilik alam semesta ini. Sori mbakkk...kedawan :)

    BalasHapus
  6. enggak kedawan koq mba Tanty, malah seneng bisa share pengalaman.
    wah, kalau harus mempertanggungjawabkan sesuatu yang tidak kita lakukan, pastilah akan kulawan sekuat tenaga mba. duit ratusan jeti mending buat naek haji sekeluarga. bener gak? :D aku nyicil pinjaman buat bikin rumah yg 'cuma' puluhan jeti aja mengkis2 je tiap bulannya.
    kalau enggak salah koq mau sih mba disuruh nyicil denda atas uang yang tidak dipakainya? *koq malah kepo xixixiii maaf

    BalasHapus
  7. Sebenarnya tulisan ini kupersembahkan untuk temanku yg sedang kena masalah. Sudah kusemangati dengan contoh case di atas. sayang sekali dia enggak ngeblog dan gak aktif di dunmay, jadi tidak membaca tulisan ini. Dan sayang sekali, saat ini dia menyerah, memilih resign sebelum berjuang lebih lanjut untuk membuktikan bahwa dia benar :'( I will really miss you my luvly friend

    BalasHapus
  8. lha saking bingungnya tuh,mba...kan sampe disidang barang. Itu istrinya (juga kaka2k klas)sampe nangis2 di pengajian.daripada di penjara, kasian mbak.itu aku denger ceritanya jg miris. Mungkin jg dia termasuk yg teledor, kalo diminta uang tidak ada nota/resi tertulis sampe bertumpuk2. Pas kebagian pusat jakarta sidak, tidak bisa nunjukin bukti2 soal uang segitu banyaknya. Kambing hitam ya dia seorang :)

    BalasHapus
  9. Bahkan ibu2 yg hanya bekerja di rumah pun gak lepas dari intrik2 dan masalah2, tentu dalam konteks yg berbeda, baik masalahnya maupun org yg membuat masalahnya :D
    semoga bisa diambil hikmahnya dan dijadikan pelajaran yg berharga utk kita semua...

    *sambil baca senyam senyum sendiri bayangin jeng uniek pulang ke rumah sambil bawa kayu satu demi satu hahaha*

    BalasHapus
  10. waduh ummi irsyad malah ngece ik xixixiiii....
    iyo jeng, mari saling mendoakan ya

    BalasHapus