31 Agustus 2017

Pengacara Itu Menjerat Hatiku


Hahaiii.... dikirain lagi mau ngebahas mas bojo ya pake judul begituan? 😉




Ini nih, kapan hari ditanyain oleh teman blogger Gandjel Rel, Mba Irfa Hudaya dan Dani Ristiawati, siapa penulis favoritmu. Buat teman-teman sesama doyaner buku dan sering ngibril-ngibril denganku, pasti tau dong siapa penulis favoritku.

Yoihhh... sejak awal kuliah tahun 90an dulu, aku udah ngefans berat sama bapak pengacara satu ini. Sebagian besar karya John Grisham menjadi sesi bacaan lanjutanku setelah di era sebelumnya aku gemar membaca serial detektif Pasukan Mau Tau-nya Enid Blyton, Trio Detektif-nya Alfred Hitchock, kisah petualangan Noni-nya Bung Smas, Imung-nya Arswendo Atmowiloto dan sepak terjang polisi Kosasih & sahabatnya Ghozali karya S. Mara GD. Nggak tau kenapa ya aku selalu suka novel dengan genre seperti itu.

Berkisah tentang apa sih karya-karya John Grisham?




The Firm merupakan novel karya John Grisham yang pertama kali kumiliki. Sebenarnya novel Grisham yang lebih awal terbit adalah A Time To Kill, sayangnya naskah tersebut kurang sukses di awal terbitnya. Barulah setelah Grisham naik daun berkat karyanya The Firm dan The Pelican Brief (yang kemudian naik ke layar lebar dan sukses berat), A Time To Kill republished oleh penerbit barunya dan kemudian juga difilmkan.

Udah saking lamanya yaaa punya The Firm dan The Pelican Brief, aku lupa-lupa ingat apa kisahnya. The Firm naik ke layar lebar diperankan oleh si ganteng Tom Cruise sebagai pengacara muda yang berambisi banget memasuki firma hukum yang dikiranya sempurna untuk karirnya. Sedangkan The Pelican Brief aktris utamanya adalah Julia Robert, si cantik yang berakting sempurna juga di Pretty Woman. Masih ingat Pretty Woman kan yaaa wahai kawan-kawan yang seumuranku?


salah satu seri bacaan yang kayaknya enggak bakalan di-preloved-in 😉

Rata-rata kisah yang diangkat oleh John Grisham ke dalam novelnya memang bertutur seputar kehidupan di dunia hukum dengan tokoh utama praktisi hukum. Kok bisa gitu sih?

Pada suatu saat dalam hidupnya, ketika sedang berada di pengadilan, Grisham mendengarkan pernyataan yang sangat menyedihkan dari seorang gadis berusia 12 tahun korban perkosaan. Grisham lalu berpikir, bagaimana ya kejadiannya bila ayah sang korban kemudian membalas dendam dengan membunuh si pemerkosa.

Lalu Grisham mulai mengutak-atik kisah tersebut di antara reses sidang-sidangnya dan di waktu luangnya. Setelah 3 tahun menyusun tulisan itu, jadilah novel A Time To Kill yang menceritakan tentang gadis kulit hitam berusia 10 tahun yang diperkosa dan dianiaya dengan amat sadis. Ayah dari gadis kecil Tonya itu lalu membunuh kedua pelaku pemerkosaan yang ternyata merupakan penganut rasisme, menganggap kaum kulit hitam itu sebagai kelas bawah yang layak diapakan saja.

Ya, Tonya adalah gadis kecil warga kulit hitam di kota Clanton. Sebelum membunuh kedua pelaku perkosaan, sang ayah (Carl Lee Hailey) sempat berbincang dengan seorang pengacara bernama Jake Brigance. Dia bertanya apakah bisa nantinya bebas dari tuntutan apabila dia melakukan balas dendam dengan membunuh kedua pelaku yang telah melakukan hal biadab kepada anak perempuannya.

Tentu saja Jake mencegah Carl untuk melakukan tindakan tersebut. Namun dendam dan rasa putus asa membuat Carl nekat. Akhirnya dia digelandang ke tahanan untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya itu. Nafas rasisme yang kuat berhembus di kota Clanton membuat peradilan yang akan dikenakan kepada Carl menjadi tidak fair. Seluruh juri yang akan mengikuti sidang Carl ini semuanya dari etnis kulit putih. Bisa dibayangkan ya, seorang kulit hitam yang membunuh 2 orang kulit putih, dan jurinya orang kulit putih semua.

Carl menunjuk Jake Brigance untuk menjadi pengacaranya. Dari sanalah perubahan hidup Jake berjalan dengan cepat. Tak sekedar mencoba menyelamatkan nasib Carl Lee Hailey sekeluarga, namun Jake juga terpaksa mengungsikan keluarganya karena mendapatkan ancaman serius dari kelompok rasis Ku Klux Klan.

Trus gimana akhirnya?

Yeee... baca sendiri dong bukunya, masak diceritain di sini. Buku A Time To Kill-ku yang cover lawas entah kemana, jadi akhirnya aku beli baru lagi dengan cover yang telah berbeda. Sayang sekali hiks.... aku termasuk pecinta buku yang jauh lebih menggemari buku dengan cover pertama kali terbit.

Nah, saat mengikuti kisah seperti yang kuceritakan di atas, penulis piawai sekali mengolah cerita. Fokus utama bukan pada kengerian kejadian perkosaan maupun pembunuhan kedua orang yang kusebutkan tadi. John Grisham selalu bisa menyelipkan unsur-unsur humanisme ke dalam novel-novelnya. Meski banyak yang beranggapan novel thrillernya ini berat untuk dilahap, ada banyak hal yang berbau humanis ditiupkan dalam ruh kisah-kisahnya. Poin inilah yang susah membuatku berpaling dari si bapak pengacara satu ini.


The Confession merupakan buku terbaru dari John Grisham yang kupunya. Yang setelah itu belum beli. 😃 Ceritanya baguuuuss banget, hatapi tebelnya dooongg udah sebantal sendiri. Novel ini berkisah tentang : An innocent man is about to be executed, only a guilty man can save him.

Seorang pemuda kulit hitam, bintang football di kota Slone, ditangkap 9 tahun yang lalu dengan tuduhan penculikan, perkosaan dan pembunuhan terhadap seorang gadis yang populer sebagai cheerleader di kotanya. Berbagai upaya hukum telah ditempuh Donte Drumm untuk membuktikan bahwa dia tidak bersalah.

4 hari sebelum eksekusi hukuman mati bagi Drumm, nun jauh di negara bagian lain seorang langganan keluar masuk tahanan bernama Travis Boyette mengaku kepada salah satu pendeta di Kansas. Boyette mengaku dialah yang telah melakukan tindakan perkosaan dan pembunuhan yang dituduhkan kepada Drumm tadi. Sepanjang hidupnya dilalui dengan berbagai kekacauan, namun saat tumor di kepala hadir dan membuatnya sakit sepanjang hari, Boyette ingin sekali melakukan satu hal yang benar dalam hidupnya. Sang pendeta pun bingung apa yang harus dilakukannya. Dia buta hukum, terlebih lagi kota Slone dimana Drumm akan dihukum mati sangat jauh letaknya dari kota tempat tinggalnya. Belum lagi Boyette yang angin-anginan kesana kemari dan tidak taat melapor ke rumah singgah yang menjadi tempat bernaungnya selama mendapat hukuman.

Trus gimana dong akhirnya, bisakah hukuman mati Drum dihentikan dengan pengakuan Boyette itu? Sang pendeta terpaksa mengemudi ke Slone, membawa serta Boyette yang sudah merasa berada di ambang ajal, hanya belasan jam jelang eksekusi suntik maut dilaksanakan. Iiihhh... pas kisahnya masuk ke bagian ini aku deg-degan bangeeeetttt man teman.

Jadi kangen pengin baca-baca buku lawas dari John Grisham lagi, penyegaran atas semua kisah kemanusiaan  berbalut proses hukum yang disajikannya dengan apik. Pengin juga berburu buku berikutnya dari Grisham. Udah ikutan newsletter dari klub pembaca Grisham, hanya saja buku yang terbit di USA sana biasanya agak berjeda lama dengan peredarannya di Indonesia.

Mungkin tak semua teman suka ya penulis model begini. Boleh dooongg ceritain siapa penulis favoritmu di kolom komen. Hyuuukk...


23 komentar:

  1. Aku belum pernah baca buku John Grisham mbak Niek. Kalo ada yg mau di preloved, colek aku yaa ;)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehee...no way mba, yg ini tidak untuk di-prelove-in ;)

      Hapus
  2. Aku juga suka karyanya pakdhe Grisham..sayang beberapa novelku banyak yang gak balik gegara dipinjem temen..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Woh klo aq blas ga pernah minjemin novel Grisham ke siapa pun. Klo buku lain sih masih boleh lah hihiii...

      Hapus
  3. aku penggemarnya mbaaaa..tapi memang yang aku baca yang buku lama, belum baca yang karya-karya terakhirnya

    BalasHapus
  4. Aku punya satu bukunya john grisham. Yg the patner apa ya tapi seri terjemahan.

    BalasHapus
  5. Tiwas GR, tak kira penulis favoritmu itu penulis buku komputer

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wkwkwk aku mau komen jadi ilang fokus gegara komen om yahya 🤣🤣

      Hapus
  6. Aku juga suka novel Grisham, punya beberapa novel Inggrisnya, tapi kalo mau beli suka bingung udah baca belum yaa wkwk..

    BalasHapus
  7. Hmm.. Karya2 yg menarik. Boleh dihunting nih.
    Terimakasih ya mbak Uniek, referensinya ��

    BalasHapus
  8. Kalau A few good men itu karangan siapa ya mbak Niek? Saya belum pernah baca bukunya tapi udah nonton filmnya. Bagus, thriller juga..

    Mbak itu buku-bukunya nggak diprelovedin ya? Kalau pinjam boleh nggak? Atau sewa wes, tapi jangan mahal-mahal. Masih nggak boleh juga? Yadah tak nonton filmnya aja di tipi :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kurang tau klo yg A Few Good Men, mba. Yg banyak beredar justru versi screen by Aaron Sorkin, ga tau itu diangkat dr novel yg mana.

      Pinjam sih boleh, tapi kudu dicatat ya Mba ;)

      Hapus
  9. Ngikutin cerita tentang kasus kriminal dan perjuangan hukumnya di novel tentu lebih seru ya,Mbak dibandingkan dengan di berita. Ihiiiy, kakakku tuh yang punya penulis favorite sama dengan mbaknik, sukanya JG.

    BalasHapus
  10. Ternyata buku pertama yang kita baca dan miliki sama mbak. Yang terakhir juga, wkwkkwkk. Mau berburu buku baru uncle grisham gak mbak, yuk ngubek2 nyari diskon ��

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hyuukkk... markipul ke tobuk online, sering ada diskon mba :)

      Hapus
  11. Punya beberapa novelnya Grisham, diponjem enggak balik huhuhu

    BalasHapus
  12. Uhuk. Aku juga suka JG sejak remaja

    BalasHapus
  13. a time to kill apik banget ya mbak .....

    BalasHapus
  14. Pernah baca The Confession, punya temen. Tapi belum selesai sudah disuruh balikin, sedih.

    BalasHapus