17 Mei 2016

5 Tips Menulis Cerita Anak yang Sukses Diterapkan oleh Penulis Buku Ngehits



Petty sedang sibuk menyemburkan air ke tubuhnya yang kepanasan 
dengan belalainya yang belum terlalu panjang. 
Hari ini dia diperbolehkan oleh Ibu Gajah 
untuk bermain sendirian di sungai. 
Senang sekali hati Petty mendapatkan ijin dari ibunya 
yang lembut dan baik hati itu. Dari ibunya lah 
Petty selalu belajar untuk ramah dan suka menolong 


Dulu waktu masih aktif-aktifnya ikutan ngefiksi di kanal Fiksiana-nya Kompasiana, aku pernah menulis tentang Ronald Si Belalang Congkak. Entah waktu itu habis ngobrol dengan Mas Belalang Cerewet apa ya kok terus kepikiran mengambil tokoh belalang di kisah fiksi tersebut.


Saat itu Fiksiana sedang mengadakan perhelatan menulis. Award yang ditawarkan berupa kesempatan diterbitkannya cerita fiksi tersebut melalui penerbit mayor. Untuk perhelatan ini Fiksiana bekerja sama dengan Penerbit Dar! Mizan. Bagi yang putra-putrinya penggemar Kecil Kecil Punya Karya pasti sudah tidak asing lagi kan ya dengan penerbit yang satu ini.

Tentu saja senang sekali dong ngebayangin tulisanku bakalan diterbitkan oleh penerbit besar. Maka segera semedi lah diriku untuk mencari ide menulis cerita anak. Ya, waktu itu eventnya memang menulis cerita anak. 

Pertama ngadep monitor dan mau mulai mengetik berasa kliyeng-kliyeng deh. Soalnya kan jarang ya aku ngefiksi gitu, mana harus nulis cerita anak pula. Fiksiana memberikan dua pilihan kategori tulisan pada event tersebut, yaitu cerita anak sehari-hari dan cerita anak fantasi. Lalu bingung lah diriku mau ambil yang kategori apa. Tadinya sih pengin nulis cerita anak sehari-hari, tapi kok di benak yang berloncatan malah bayang-bayang Matt Damon yang ganteng. Dugh.

Lalu lanjut deh mengubah imajinasi ke tokoh-tokoh fantasi. Enaknya apa yaaaa.... Dan ketemulah sosok belalang bernama Ronald tadi. Setelah tulisan jadi aku pun berkonsultasi ke penulis anak yang kukenal dan minta pendapat gimana tuh cerita anak perdanaku itu.

Eeewww... aku tertampar. Rasanya pedih dan perih waktu baca komen-komen beliau. Pada kisah Ronald Si Belalang Congkak itu tulisanku terkesan terlalu memaksakan pendapat kepada pembaca. Memaksa pembaca untuk tau bahwa Ibu Gajah adalah ibu yang lembut, baik hati, ramah dan suka menolong. Terlalu banyak kalimat yang dengan gamblang mengatakan berbagai sifat baik dari Ibu Gajah.

Lalu harus gimana dong agar pembaca tau tentang kebaikan Ibu Gajah kalau kita tidak menuliskannya dengan jelas?

Nih, aku dapet tips menulis cerita anak yang telah sukses diterapkan oleh Fita Chakra. Ibu 3 orang putri yang ternyata adik angkatan di kampus dulu itu baik banget membagikan ilmu-ilmu menulis yang dimilikinya. Sampai saat ini sudah puluhan buku yang ditulisnya, baik solo maupun kolaborasi dengan penulis lain. Buku-buku anak yang ditulisnya hampir semuanya telah dimiliki oleh putri sulungku. Putriku ini salah satu fans Fita :) 

Ini dia 5 tips menulis cerita anak dari Fita Chakra :
  1. Menulis dari sudut pandang anak. Sedapat mungkin tempatkan tokoh anak-anak secara dominan di dalam cerita. Biasanya nih ya kalau kita memasukkan tokoh dewasa ke dalam cerita, yang ada nanti malah tokoh tersebut jadi terlalu banyak menggurui dan menjadi pihak yang selalu menyelesaikan masalah. Paling penting nih dihindari : tokoh anak yang 'meminjam' mulut orang dewasa.
  2. Peka terhadap dunia anak. Saat menulis cerita anak, kita dituntut untuk peka pada hal-hal yang dilakukan anak-anak karena mereka merupakan sumber ide terbesar. Setiap kali ada ide buruan dicatat, nanti pada saat kita butuh ide untuk alur cerita anak yang sedang kita susun, tinggal buka deh catatan ide kita tersebut.
  3. Show, don't tell. Tunjukkan dengan berbagai kejadian / peristiwa yang bisa meninggalkan kesan mendalam pada pembaca. Contohnya tuh dari penggalan cerita Ronald Si Belalang Congkak, penggambaran Ibu Gajah tampak langsung tanpa basa basi. Melalui Petty, penulis begitu bernafsu mencoba memaksakan gambaran Ibu Gajah kepada pembaca. Beda efeknya bila diceritakan apa yang dilakukan oleh Ibu Gajah kepada Petty melalui berbagai perbuatan baik. Pembaca akan lebih 'ngeh', oooo... ternyata Ibu Gajah baik hati ya, pantas Petty jadi anak gajah yang baik juga.
  4. Menghindari adegan kekerasan seperti adegan berdarah-darah. Anak-anak merupakan pengingat paling hebat atas berbagai peristiwa yang dilihatnya maupun bacaan yang dilahapnya. Alangkah baiknya bila memori mereka tidak diisi dengan berbagai kengerian. Misalnya nih membuat cerita anak dengan genre misteri, kita bisa membungkusnya sedemikan rupa agar lebih fokus kepada tokoh-tokohnya saja, bukan ke adegan yang vulgar.
  5. Tentukan karakter tokoh terlebih dahulu. Jika mengalami kesulitan menentukan cerita yang akan ditulis, lebih baik kita tentukan dulu karakter tokohnya. Karakter tokoh yang kuat akan menuntun kita menuliskan banyak hal pada cerita anak yang ingin kita bangun tersebut.

Lalu apakah kisah Ronald Si Belalang Congkak tadi akhirnya terpilih untuk naik cetak?

Ada kisah Peri Bunga yang Gemar Mengeluh di buku anak Alien Terakhir ini

Sesuai dengan prediksi : TIDAK.

Untung saja setelah berdiskusi dengan beberapa teman yang biasa menulis cerita anak, aku memutuskan untuk memposting satu artikel lagi dan kudaftarkan ikutan event tersebut. Alhamdulillah, tulisan keduaku yang berjudul Peri Bunga yang Gemar Mengeluh terpilih pada kategori cerita anak fantasi. Teman-teman bisa bandingkan ya di akun Kompasiana-ku itu antara Ronald Si Belalang Congkak versus Peri Bunga yang Gemar Mengeluh. Sampai sekarang pun aku masih beberapa kali membaca ulang kedua cerita fiksi tersebut dan mencoba menggarisbawahi tips menulis yang bisa dipetik dari keduanya.

Kangen nih jadinya pengin menulis cerita anak lagi. Kira-kira kapan ya ada kesempatan begini lagi? :)

Bagi teman-teman yang belum pernah menulis cerita anak ataupun yang masih kesulitan menentukan 'frame' bercerita a la anak, bisa banget loh mempraktekkan 5 tips menulis cerita anak dari Fita Chakra tadi.

27 komentar:

  1. Saya belum punya buku anak. Mau nyoba sh.
    Terima kadih tipnya
    salam hangat dari Surabaya

    BalasHapus
  2. Aihh keren deh Mak Nik udah punya cerita anak yang diterbitkan, cerita anakku masih sebatas wacana di kepala. Pernah bikin juga sih dalam bentuk komik tapi terbit online dan indie.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Walah, cuma 1 cerpen aja koq Mi. Ayo Mi bikin komik anak selain ngelanjutin Mak Iritsnya. Aku sekarang suka baca komik gegara racun Mak Irits nih ;)

      Hapus
  3. Pernah nyoba nulis cernak mbak tapi ya gitu deh belum masuk kualifikasi hihihi. Btw makasih tipsnya mbak dan salam kenal

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haiii salam kenal Mb WidaAya. Yuk nulis lagi :)

      Hapus
  4. Keren banget Mbak Uniek...kau emang unik ya... hehehe
    Thanks tips-nya...kangen nulia fiksi dan ingin nulis fiksi anak ga muluk2 sih...di blog aja, hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ayo buruan dibikin Mba Hani, ntar colek aku ya. Aku pengin baca fiksi anak dari Mba Hani. Si kecil apa kabarnya mba? Semoga Mba Hani sekeluarga sehat semua ya.

      Hapus
  5. Dulu pernah pengen jadi penulis cerita anak tapi di tengah jalan malah mlipir ke yg lain hihi... masih belum bisa serius nulis :)

    BalasHapus
  6. Keren. kapan-kapan pengen nyoba, ah...
    Salam kenal ya, Mak Nik :)

    BalasHapus
  7. aku sudah punya kumpulan dongeng anak. Apalagi sekaarng aku bergelut dg dunai anak jadi maunya sih rutin nulis cernak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Keren nih Mba Tira, mau dong mba baca2 kumpulan dongeng anaknya. Bagi infonya ya, thks.

      Hapus
  8. Wih..keren mbak Uniek bisa nulis cerita anak...aku pernah nulis tapi ya itu...ceritanya terlalu mainstream..
    ah, musti coba lagi nih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mainstream ya ga pa2 sih Mba, ntar tinggal dibumbuin dikit pasti jadi laaaah... Yuukk mba nulis cernak ;)

      Hapus
  9. Pernah nulis cerita anak... tapi belum nerapin tips ini...

    BalasHapus
  10. Aih ikut senang lihat bukunya Mbak Uniek :)

    BalasHapus
  11. Aku beum pernah coba nulis.. Tapi kayaknya memang bukan bidangku hehehehe

    BalasHapus
  12. aach keren, mbaknik ini, Aku mau garis bawahi untuk aku sendiri, show don;t tell. Memang anak-anak itu senang sekali kalau ditunjukan, niiich ekor gajah panjaaang seperti rambut ibu...bukan gajah memiliki ekor yang panjang...eh apa gimana nich? perlu belajar sama Mbak Fita ama Mbaknik nich aku,

    BalasHapus
  13. Mbak Uniek lanjutkan doong menulis cerita anak lagi.

    BalasHapus
  14. Keren Mak..! dulu pas lagi rame event2 lomba nulis di fb sering ikut tapi cuma sekali nyantol :P

    makasih tips nya ^^

    BalasHapus
  15. Boleh dicoba tipsnya Fita... keren2 Fita & Uniek

    BalasHapus
  16. Kereeen banget dirimu mbak, pecah teluur dong bisa menghasilkan prestasi membanggakan. Siiip dah

    BalasHapus
  17. Saya juga punya beberapa buku hasil karya Mbak Fita, keren deh pokoknya

    BalasHapus
  18. Aku selalu gagal nulis cernak. Abis baca tulisan ini jadi penasaran pengen nyobain lagiiiiii :)

    BalasHapus
  19. wah keren sudah bisa nuli cerita anak... trimakasih tipsnya yakk

    BalasHapus
  20. Bagi saya menulis cerita anak bukan hal yang mudah..masih mudah menulis cerita remaja

    BalasHapus