19 April 2013

How Loud Your Music ???

    
   Sebegitunya minded-nya aku dengan musik, sampai kemana-mana musti bawa music player. Kalau sekarang sudah keren ya, ada IPOD, MP3 ataupun MP4 player. Jaman tahun 90-an (wedewww, ketauan gaeknya) adanya ya mini-tape recorder alias walkman. Nah, dulu aku punya walkman andalan merek YNOS (silakan dibalik bacanya :) ) yang selalu kubawa kemana-mana.

    Salah satu fungsi ‘nyangking’ walkman whereever itu ya untuk killing time. Misal ya nih, pas mata kuliah yg membosankan (kayaknya tidak perlu sebut mata kuliah ya, takut kena tuntutan heheee..), tinggal pasang earphone walkman aja di sela-sela rambut gondrongku, beres kan?hihihiii… Walkmanku ini juga berjasa bila tiba-tiba ada mata kuliah yang mengharuskan reportase  *nggaya ik, bisa langsung untuk mewawancarai nara sumber.

    Hingga suatu saat aku harus ijin kuliah selama hampir dua minggu untuk suatu kegiatan eksplorasi di Karimunjawa bersama-sama dengan teman-teman pecinta alamku. Kegiatan kami saat itu titik beratnya adalah penelitian atas keragaman hayati di pulau Karimunjawa. Semula tim kami terbagi atas 4 divisi eksplorasi : Hutan Tropis, Hutan Bakau, Terumbu Karang dan Ekosistem Burung. Aku masuk dalam divisi terakhir tadi. Namun berhubung hasil penelitian pendahuluan tidak menemukan ekosistem burung yang layang dieksplorasi, akhirnya tim terakhir di-plot menjadi tim Penelitian Masyarakat. Ya udah gimana lagi, nasib anggota divisi buangan ya kayak gini, manut wae lah hihiiiii….
    Jangan bayangkan kami tinggal di Home Stay yang nyaman selayaknya turis. Oleh BKSDA (Balai Konservasi Sumber Daya Alam) Karimunjawa kami diberi tempat tinggal sebuah Joglo / Pendapa yang berada sejalur dengan kantor konservasi mereka (seingat saya bila dari dermaga lama tinggal jalan aja luruuuuuusss sampai mentog). Nah, di pendapa itu lah kami anak-anak muda harapan bangsa ini yang sekitar 20-an orang harus tinggal berjejal-jejal. Untung lah ada beberapa seniorku yang berhasil numpang di rumah penduduk dekat pendapa itu, tentunya dengan keahlian SKSD tingkat dewa J.
asyiknya ber-walkman-ria
    Berkaitan dengan tujuan eksplorasi kami, tiap-tiap divisi punya target sendiri. Rata-rata untuk ke-3 divisi lain (selain Pengabdian Masyarakat), mereka akan pergi ke pulau-pulau kecil di sekitar pulau besar Karimunjawa, tergantung dimana habitat penelitian mereka berada. Sebagai punggawa tim Pengabdian Masyarakat, tentu saja aku menghabiskan waktu paling banyak berada di basecamp. Nah, si YNOS tersayang tadi deh yang jadi time killer.

Sayang sekali jaman tahun itu listrik masih sangat terbatas di kepulauan itu, jadi aku tidak bisa nyetel walkman menggunakan listrik (ingat, dulu belum ada baterai rechargable). Akhirnya aku harus menghamburkan uang sangu dari pakne mbokne untuk membeli baterai walkmanku tiap kali yang lama sudah habis. Sebenarnya bila tune-in radio sih tidak sebegitunya menghabiskan baterai, tapi mana ada stasiun radio radius sekian mil dari daratan Jawa *biar keliatan lebay. Akhirnya ya bisanya nyetel kaset lah (sekali lagi ingat, belum ada CD ya, hehehee…).
   
batu baterai 'sang penyelamat'
Nah, ternyata untuk menghemat baterai ada cara jadul yang sangat berbahaya, DON’T DO THIS, AT HOME hehehe…masih ada yang ingat jargon itu? (yang ingat pasti umurnya sepantaran aku, pastiiiiiiiii….enggak boleh menyangkal). Kalau pas ‘kuat mental’ baterai-baterai itu kugigit sampai ‘peyok-peyok’. Ajaib deh, ntar bisa nyala lagi loh. Dan kala mental sedang ‘kurang siap’, cukup ambil batu atau palu dan dipukul-pukulkan di baterai itu. Yang penting asal body baterai itu peyok, nah itu indikator keberhasilan ‘re-charge’ baterai usang itu. Nggak masuk akal but it really worked. Ada lagi cara ‘re-charge’ norak yang lain hehehe… dijemur di bawah sinar matahari yang lagi panas-panasnya (ini juga sangat berbahaya, jangan ditiru). Sungguh, setelah temperatur lapisan luar baterai mendingin, tinggal pasang di walkman, dan taraaaaa….nyala lagi deh. Tentu saja kedua cara ‘re-charge’ yang barbaric itu hanya bisa membuat ON walkman-ku beberapa menit lebih lama, paling-paling ya hanya setengah jam. Oh, betapa nelangsanya perjuanganku untuk tetap mendengarkan musik kesayanganku saat itu.

    Di saat salah satu tim pulang ke daratan (maksudnya berkumpul di base camp), aku tertarik melihat salah satu senior cowok anggota tim terumbu karang. Mas-e ini pendiem dan terkenal alim sekali, agak-agak berjenggot, tidak pernah memandang langsung kalau bicara dengan cewek, tapi kok ya tetep gaul, dia juga lagi ndengerin musik lewat walkmannya dengan khusyu. Penasaran banget dong aku saat itu, setauku untuk ‘golongan’ mas itu, bukannya musik itu haram, kok dia malah sampai merem melek ndengerinnya. Ih mencurigakan.
    Kuhampiri lah mas berjenggot itu, sambil pura-pura malu-malu kubertanya apa yang sedang dia dengarkan. Bahkan nekad kubertanya jenis musik kesukaannya apa, padahal mas-e itu sekuat tenaga buang pandangan karena saat itu aku hanya menggunakan celana pendek (celana panjang abis semua belum dicuci). “Bener-bener pengin tau nih apa yang saya dengarkan, Dek?” tanya beliau pelan-pelan. “Iyes mas, apa sih musiknya, saya tau lagunya ndak?” si dodol kepo nekad beraksi. Diangsurkanlah walkman miliknya dengan sangat sopan, sekuat usaha mas senior itu menghindari sentuhan permukaan kulit.
malu ya??? :p


    Bisa nebak nggak apa yang terjadi berikutnya? Si ‘hotpant penuh dosa’ ini harus menanggung malu berlipat ganda atas usaha nekadnya. Ternyata mas senior berjenggot tadi sedang mendengarkan kaset tartil Qur’an. Kapok mu kapan kowe Nik?hihihiiiiii…… (TRUE STORY – Karimunjawa 1995)

11 komentar:

  1. xixixi......
    masnya yang itu ya...? inisial u.....:D

    BalasHapus
  2. sopo meneh kuwi U?? Uniek? mosok jenggoten nung wehehehee...

    BalasHapus
  3. wkwkwkwk *nggakak guling-guling

    BalasHapus
  4. mak Dedew ama Wuri malah ngekek2 thok ik :D

    BalasHapus
  5. Le'e Doyok : emang ngerti sopo kuwi wonge? es teh deeehhhh :p

    BalasHapus
  6. br tau deh mb kl digigit sampe peyok2 bisa lagi ;)

    yuuk ikutan Giveaway-ku yaa :)

    BalasHapus
  7. mak Enny Mamito : tidak disarankan lho mak untuk gigit2 batu batere :D

    iya mak mau ikutan tp blm sempet ubek2 blognya mak Enny Mamito, tunggu yaaaa

    BalasHapus
  8. siapa mbak :D siapa masnya ? :P
    baru tau ak masa batre digigit2 bs fungsi lagi :O ajaib memang

    BalasHapus
  9. hehehee..koq malah kepo dirimu Put

    iya, dulu juga gak nyangka. beruntunglah sekarang dirimu bukan generasi baterai jadul, sekarang sih udah rechargable semua. thks udah mampir n komen ya

    BalasHapus