Tahun baru Hijriyah 1434 kali ini
jatuh pada tanggal 15 November 2012, kebetulan pas di hari Kamis. Keputusan
manajemen di kantor memberikan liburan karyawan mulai tanggal 15 itu hingga
tanggal 18, tanggal 19 November atau hari Senin masuk kerja seperti biasa. Nah,
berarti aku punya 4 hari libur kan.
Kemana nih enaknya, batinku berkata. Belum lagi suamiku juga sedang dinas luar kota hingga akhir pekan.
Otomatis hanya aku dan kedua anakku saja yang ada. Trus, enaknya ngapain ya?
Ternyata jodoh memang tak lari
kemana. Kebetulan mantan teman kuliahku, Rachma, yang suaminya juga bekerja di
luar kota,
mengajak untuk jalan-jalan bersama. Aku memang masih sering ketemuan dengan
mantan teman-teman kuliahku yang masih tinggal di kota
Semarang.
Saling melepas rindu bersama dan menyambung tali silaturahmi. Di liburan kali
ini, aku, Rachma dan Dwi (semuanya sudah ibu-ibu nih) sepakat untuk mengisi
waktu liburan ini bersama. Kami berangkat membawa masing-masing anak. Aku
dengan Vivi (8 tahun) dan Faris (3 tahun), Rachma dengan Najma (11 tahun) dan
Ahsanu (5 tahun), dan Dwi dengan kedua gadis ciliknya Fathia (10 tahun) dan
Nayla (6 tahun). Jadilah kami bersembilan berangkat naik mobil hijau milik
Rachma setelah sebelumnya sepakat untuk berkumpul di rumah Rachma, daerah GrahaEstetika, wilayah Semarang
atas.
Berhubung harus
mempersiapkan kebutuhan anak-anak di pagi hari, akhirnya kami baru bisa
berangkat pukul sebelas di hari Kamis tanggal 15 November 2012 ini. Rencana semula kami hanya akan makan siang di rumah
makan Godong Salam Ungaran. Lokasi rumah makan ini tidak begitu jauh dari
daerah Semarang
atas. Mengapa disebut Semarang
atas? Karena Semarang memang seakan-akan terbagi dua, ada yang di ‘dataran
rendah’ dan ada yang di perbukitan. Dan rumah makan ini terletak di pinggir
jalan raya Semarang – Ungaran, sehingga siapa
pun yang akan ke sana
akan sangat mudah untuk mengaksesnya. Bila dari arah Semarang, letaknya di sebelah kanan jalan,
tepatnya di Jalan Pangeran Diponegoro 108 Ungaran.
Hidangan sea
food di Godong Salam ini beraneka ragam dengan cita rasa yang tidak
mengecewakan. Belum lagi suasana restonya yang menyenangkan, ada taman untuk
bermain anak-anak, ruang makan berbentuk pendopo yang lengkap dengan kolam ikan
di sampingnya. Menjadikan acara makan makin nikmat sembari memandangi anak-anak
yang tidak melewatkan kesempatan itu untuk duduk-duduk bersama di pinggir
kolam.
Selesai makan
siang, kami berubah pikiran untuk melanjutkan acara, mumpung masih banyak
waktu. Berasa sayang bila langsung pulang tanpa ada tambahan pengalaman.
Rencana tambahan pertama adalah melaju ke Museum Kereta Api Ambarawa untuk naik kereta api kuno. Jarak
tempuh dari Ungaran menuju ke sana
hanya sekitar 15 menit. Murah meriah, dengan biaya sepuluh ribu per orang bisa
menikmati keindahan pemandangan pedesaan Ambarawa sembari merasakan naik
kereta api uap. Namun sayang seribu sayang, kereta apinya sedang dalam perbaikan. Wah,
kecewa sekali kami semua.
Tapi kami
adalah ibu-ibu yang pantang menyerah. Tak berhasil di rencana A, kan masih ada rencana B
dan selanjutnya. Pilihan kami berikutnya adalah ke Kampoeng Kopi Banaran, di
daerah Bawen, tepatnya di Jl. Raya Semarang
– Solo Km. 35. gampang sekali untuk mencapainya karena letaknya persis di tepi
jalan, dengan plang nama yang tampak terpampang besar di depannya, dengan jarak
hanya sekitar 1 kilometer dari terminal bus Bawen arah ke Salatiga.
Kampoeng Kopi
Banaran ini merupakan wisata agro yang terletak di perkebunan kopi. Pengunjung
disuguhi keindahan pemandangan sembari menikmati sedapnya kopi. Masuk ke lokasi
wisata ini tidak dipungut biaya. Jadi untuk yang tidak ingin merogoh kocek
terlalu banyak, cukup datang ke sana
dan duduk-duduk atau sekedar berjalan-jalan menikmati segarnya udara
perbukitan.
Anak-anak kami langsung
dengan ‘cekatan’ ingin menikmati berbagai fasilitas di sini. Salah satunya
adalah menjelajahi perkebunan kopi ini dengan naik kereta wisata. Dengan biaya
Rp. 50.000 kami akan dibawa berputar-putar sepanjang lokasi perkebunan kopi ini
disertai penjelasan tentang aneka tanaman yang tumbuh di sana. Yang memberikan penjelasan adalah sopir
kereta wisata ini, merangkap sebagai tour guide juga. Satu kereta bisa
menampung satu rombongan kami sekaligus. Seru sekali perjalanan keliling kebon
kopi ini, dengan jalan meliuk-liuk dan menanjak, menjadikan perjalanan kereta
kami ini terasa mengasyikkan sekaligus mendebarkan. Bagaimana tidak
mendebarkan, hanya dengan lebar jalan yang pas banget dengan lebar kereta
wisata ini, padahal tepi-tepinya berbentuk jurang yang terjal. Ramai sekali
celoteh kami silih berganti menimpali berbagai penjelasan dari tour guide.
Anak-anak pun tak lupa mengajukan berbagai pertanyaan yang kurang jelas seputar
masa tanam kopi dan coklat yang tumbuh di sepanjang jalur yang kami lewati itu.
Tak lupa di tengah-tengah kebun kopi itu kami berhenti sejenak untuk menikmati
kesegaran alam.
Setelah
sekitar 15 menit perjalanan kereta wisata ini, kami tiba kembali di lokasi
start. Anak-anak langsung berhamburan menuju lokasi flying fox. Ada 2 jenis flying fox di
sini, yang satu untuk anak-anak usia pra sekolah sampai dengan sekolah dasar,
sedangkan yang satu lagi untuk anak dengan minimum usia 14 tahun. Kebetulan
saat itu anak-anak kami ingin menikmati yang jenis ke-2 itu. Tapi mereka
terpaksa kecewa karena tidak diperbolehkan untuk menikmatinya akibat belum
memenuhi syarat usia. Yah, mau bagaimana lagi. Mereka hanya menatap penuh
kecewa lintasan flying fox yang sangat menggoda itu, dengan ketinggian 50 meter
dan panjang lintasan 145 meter.
Untuk menebus kekecewaan
mereka ini, akhirnya kami hibur mereka dengan naik kuda putar-putar kebon kopi
ini. Biaya sewanya Rp. 30.000 per kudanya, bisa dinaiki oleh 2 orang anak.
Tentu saja mereka gembira sekali, apalagi Vivi anak sulungku, yang memang sama
sekali belum pernah naik kuda. Agak takut-takut pertama kali mau naik ke
punggung kuda, namun mengaku sangat menikmatinya sesaat setelah menyelesaikan
perjalanan naik kuda tersebut. Sedangkan Faris, anak keduaku, tadi di tengah
perjalanan menangis. Usut punya usut, ternyata bukan karena takut naik kuda,
namun karena sandalnya tidak sengaja lepas, dan dia belum bisa menyampaikan
keinginannya kepada pemandu kudanya. Akhirnya hanya bisa menangis sampai
akhirnya si pemandu itu menyadari bahwa sandal anakku tinggal sebelah saja yang
tersisa. Sungguh lucu kejadian ini. Tapi kedua anakku sangat menyukai sesi naik
kuda ini.
Sebenarnya masih banyak
fasilitas yang ada di lokasi agro wisata ini, seperti naik ATV, kolam renang, bermain
di camping ground dan sebagainya. Tapi berhubung saat itu sudah hampir pukul
empat sore, akhirnya kami melanjutkan acara liburan ini dengan duduk-duduk di
seputar playing ground dan gazebo saja sebelum pulang kembali ke Semarang. Ada berbagai permainan
khas anak-anak di lokasi tersebut. Jadi tidak hanya jalan-jalan ataupun
berlari-lari saja yang bisa mereka lakukan. Ada ayunan, jungkat-jungkit, perosotan,
tarik-putar, dan lain sebagainya.
Lokasi agro
wisata Kampoeng Kopi Banaran ini menyediakan berbagai fasilitas yang sangat
lengkap. Mulai dari fasilitas wisata seperti yang telah kami nikmati tadi, juga
ada tempat ibadah untuk sholat yang cukup memadai, kamar mandi yang cukup
banyak, dan tentu saja Coffee House yang menyediakan berbagai makanan dan
minuman, baik yang dihidangkan panas maupun dingin.
Sebelum
perjalanan pulang, anak-anak kami yang sudah kelelahan minta untuk menikmati es
krim sambil duduk-duduk di coffee house. Oke lah, jadilah kami mengakhiri
petualangan liburan kali ini dengan melumerkan kepenatan seharian itu bersama
segarnya es krim kami masing-masing. Wajah-wajah bersimbah keringat mereka itu,
seakan tak mampu menutupi keceriaan hati atas petualangan baru ini. Dan kami
para orang tua, tepatnya ibu-ibu alias moms ini pun dapat tersenyum lega
karena sudah dapat membuat anak-anak kami bergembira, walaupun hanya beberapa
jam saja. Waktu menunjukkan hampir pukul lima
sore saat kami meluncur pulang ke Semarang. Ya, sudah saatnya kami harus kembali ke realita lagi.
hmmm.....bagus tulisannya...
BalasHapusIni bisa dijadikan 3 tulisan yg berbeda say...Wisata kuliner di godong salam, wisata di museum ambarawa dan kampung kopi banaran...*berlagak jadi penulis terkenal dan kritikus*.....:D
endingnya....: kok aku ora diajak yo....?... :D
Selamat berkreasi dengan tulisan dan rajut-merajut.....
hehehee....maaf tante Inung.... itu acara khusus ibu2 beranak. soalnya klo Inung diajak ntar malah dimintain momong bocah lho hehehe....
BalasHapusyuuukk tulis menulis bersama...aq kan juga pemula banget say
uwaaaa....senengnya jalan2,itu tempatnya masih alami banget ya mbk :D
BalasHapuswah,suka sama cat rumah barunya...simpel kayak saya :D
iya, segar hawanya dan menyenangkan untuk sekedar nongkrong ataupun bermain dengan anak2
Hapus:) terima kasih mba, iya nih lagi nyoba utk simpel2 saja. yg dulu cat rumahnya kemayu banget ;)
50.000 itu cuma muter-muter doang, Kak? Nggak dapet kopi? Biasanya kalo kalo muter-muter perkebunan gitu (kayak perkebunan apel di Batu) muter-muternya sepaket sama hasil kebunnya (apel dan jus apel).
BalasHapusKak Uniek ganti template blog? Kok berasa ada yang beda ya? Hehe...
iya Nisa, itu cuma ongkos naik kereta wisatanya aja. 50rb kan utk beramai-ramai bukan sorangan aja ;)
Hapusiya nih, pengin kalem kayak blognya Nisa, yg sebelum ini terlalu 'centil' penampilan blognya :))
Aih ... jadi inget, nih, dua tahun yang lalu. :)
BalasHapusSenin mau kesini lagii Inshaa Allah..nganteri bocah2 hihihi ditulis juga aah..
BalasHapus