02 September 2014

Dahsyatnya Pengaruh Iklan

Kalau ada orang yang membicarakan shampo anti ketombe, mari jujur produk apakah yang terlintas di pikiran kita?

Lalu saat membincangkan margarin untuk mengoles roti tawar, kira-kira merk apakah yang langsung muncul di benak kita?

Ya, begitulah dahsyatnya pengaruh iklan terhadap stabilnya memori yang kita miliki. Akan selalu ada jawaban spesifik (sesuai generasi yang mengalami) terhadap pertanyaan-pertanyaan di atas.

Pemilik brand dari produk-produk yang malang melintang di dunia periklanan selalu menggenjot kreativitas mereka dalam usaha menarik calon konsumen maupun mempertahankan kepercayaan konsumennya.

Kita bisa saksikan, sabun kecantikan merk Lux dari generasi ke generasi selalu menampilkan iklan produk mereka dengan role model para bintang iklan yang cantik dan menawan. Mulai dari Marini Sardi hingga Dian Sastro. Kesan kemewahan yang melekat dalam brand tersebut seakan-akan mewakili rasa yang dimiliki para pengguna produknya bahwa mandi dengan Lux itu memiliki sensasi kecantikan setara para bintang iklannya. Padahal bila dibandingkan dengan sabun batangan maupun sabun cair milik brand lain yang berasal dari luar negeri, harga Lux sungguh lebih merakyat.

Atau mari kita ganti case-nya dengan produk lain. Salah satunya produk kecap. Siapa sih sekarang yang tidak kenal kecap ABC? Iklannya yang bertahan eksis bahkan setelah keberadaan brand Bango, terus bergerak memantapkan marketnya sendiri.

Mulai dari kecap ABC biasa hingga kini ada yang diposisikan sebagai kelas premium, yaitu ABC Black Gold. Black Gold dinyatakan terbuat dengan resep khusus yang mampu meresap sampai ke setiap lapisan masakan. Disebut Black Gold sesuai inspirasi kecap yang berwarna hitam kuat dan menghasilkan masakan sedap yang berwarna coklat mengkilat / keemasan. 

Bahkan saya yang bukan penggemar kecap pun terkena imbas dari iklan ini. Setiap kali hendak membeli kecap, saya jadi ragu apakah kecap yang lainnya juga sedap kalau sudah ada kecap premium semacam Black Gold ini. Padahal kan mungkin semua kecap ya rasanya begitu begitu saja.

Nah, kedua contoh dahsyatnya pengaruh iklan tadi baru mewakili produk yang mengedepankan image produk dengan bentuk produk yang ditayangkan apa adanya, baik pada iklan media cetak maupun media televisi. Apa kabarnya itu iklan rokok?

Sebagaimana yang kita ketahui, rokok diklasifikasikan sebagai produk yang membahayakan kesehatan. Sudah mafhum kan dengan keterangan yang selalu tercantum di produk maupun iklannya, bahwa rokok itu berbahaya bagi kesehatan, janin, ibu hamil, dan seterusnya. Lalu, bisakah kita jujur saat melihat iklan berikut ini. Iklan kuno yang menurut saya hingga kini masih melegenda.



Tanpa menampilkan rokok ataupun secara jelas-jelas mempromosikan produknya, iklan ini mencoba menggiring pemirsa untuk terus mengingatnya, bahkan bila perlu untuk mengkonsumsi produknya. Sesuai dengan apa yang disebut dalam teori periklanan sebagai hierarchy of effect. Mulai dari awareness, knowledge, liking, preference, conviction dan purchase (sumber : Investopedia).

Di sini saya tidak bermaksud mempromosikan produk rokok. Hanya mencoba melihat dari sisi periklanannya saja. Jadi apa salahnya kita bandingkan iklan lawas itu dengan iklan baru di tahun 2014 ini :




Sosok para lelaki gagah ditampilkan dalam iklan ini. Mereka digambarkan sebagai pemberani yang sanggup menghadapi  tantangan alam berupa ombak yang mengganas. Masih setia dengan teriakan 234 seperti iklan-iklannya di era terdahulu, iklan ini tetap mengukuhkan penonjolan karakter lelaki yang macho dan siap menghadapi tantangan tersulit sekalipun.

Lihat, tidak satupun ada ajakan untuk merokok kan pada kedua iklan tersebut. Namun mengapa larangan merokok dari pemerintah, makin mahalnya harga tembakau dan sebagainya tetap kurang signifikan dalam mengurangi jumlah konsumtif produk tersebut.

Disparitas iklan atau bisa juga disebut iklan yang tidak mengikuti mainstreamnya ini memiliki pengaruh yang sama dahsyatnya dengan tipe-tipe iklan lainnya. Bagi para pemiliki brand, memang dibutuhkan kejelian dan kreativitas yang luar biasa untuk menemukan kekuatan produknya. Lifestyle dan kehidupan modern makin berpengaruh terhadap perkembangan iklan dari masa ke masa.




5 komentar:

  1. Jadi inget dulu selalu menyebut kamera dengan salah satu merek kamera yang sekarang malah sudah almarhum.... :D. Kalau dulu pengaruh iklan juga nggak ya...?

    BalasHapus
  2. Betuuuul bangeeet....iklan itu bener2 stay in our head...I love the blue of Indonesia contohnya, yang jadi tag line aku di WW kemarin hihi...makanya, selalu thumbs up buat para creator dI baliknya :)

    BalasHapus
  3. Aku suka iklan2 roko itu kok bagus2 ya mak...keren yg timnya (beserta bayarannya xD)

    Namanya juga teknik marketing kali ya...emang kudu dipasarin dengan cara2 yg visual dimedia menarik....

    BalasHapus
  4. dari iklan selalu di ingat masyarakat

    BalasHapus
  5. Jadi inget obrolan dengan suami yang alhamdulillah tidak merokok "Kenapa iklan rokok keren-keren?" "Biar kalau merokok kesannya keren, Pa" sayangnya pernah nguping obrolan perokok "Kalau sudah kecanduan, ada gambar tengkorak juga nggak ngaruh". Duh... Meski efeknya tidak bisa instan, tapi semoga si gambar tengkorak itu bisa merasuk ke alam bawah sadar perokok yaa. Mestinya si kailmatnya ditambah "Merokok membunuhmu dan orang di sekitarmu" trus selain gambar tengkorak juga ada gambar ibu dan anak.

    BalasHapus