Mengapa sih kita masih harus baca buku di era yang semuanya sudah serba digital? Apa menariknya coba baca buku?
Coba kita bandingkan dengan beragam konten menarik yang bisa kita tonton melalui media sosial. Tinggal pilih saja sesuai minat, mau buka di platform apa pun tak masalah. Scroll, bereeess... Aneka informasi dan hiburan bisa kita dapatkan dalam hitungan detik.
Mengapa harus bersusah payah membaca buku?
Mengendalikan Sinyal Otak dengan Membaca Buku
Meskipun dunia sudah serba digital, membaca buku (fisik maupun digital) tetap sangat penting dan memberikan manfaat yang sulit digantikan oleh media lain. Sejak mengalami kejenuhan dengan media sosial, saya mencoba kembali pada hobi lama : membaca.
Saya penginnya, yang kembali bergairah membaca bukan diri saya sendiri saja. Maunya nih, banyak orang yang menemani saya untuk menjadi penikmat buku. Yang tadinya suka membaca namun telah berubah haluan gegara paparan media sosial, saya harap bisa kembali meluangkan waktu untuk membaca.
Lalu terjadilah. Bulan Februari 2025, saat perayaan ulang tahun komunitas blogger tercinta Gandjel Rel, terbentuknya komunitas baca yang diberi nama Semarang Baca pun diumumkan.
Awalnya ya hanya teman-teman blogger saja yang menjadi anggotanya. Seiring berjalannya waktu, anggota komunitas makin bertambah dari luar circle blogger. Alhamdulillah, senangnyaaa...
![]() |
| Baca buku bareng Komunitas Semarang Baca |
Baruuu saja kemarin hari Rabu tanggal 12 November 2025, Semarang Baca mengadakan kegiatan baca buku bareng. Lumayan menantang loh untuk hadir karena cuaca hari itu kurang bersahabat. Awan gelap menyelimuti hampir sebagian besar Kota Semarang.
Alhamdulillah hingga mendekati pukul 10.00 tak ada setetes pun air hujan menyambangi bumi. Cuuzz lah saya dan teman-teman lainnya yang sudah tak sabar ingin kembali bertemu. Kopdar baca sebelumnya telah hampir sebulan berlalu.
Kebetulan saya punya buku baru yang ingin segera saya tuntaskan dan berbagi kisahnya dengan teman baca. Kisahnya baguuuuss banget soalnya, tentang toko buku dan hidup yang ternyata tidak semulus novel-novel happy ending. Review bukunya akan saya tulis terpisah ya di blog buku.uniekkaswarganti.com.
Yang menarik dari kopdar baca kali ini, kami semua mendapatkan pengetahuan yang sangat bermanfaat dari Nia Nurdiansyah, salah satu anggota komunitas yang saat ini menekuni dunia women empowerment. Latar belakang pendidikannya di bidang psikologi menjadi istimewa berkat niatnya untuk berbagi dengan banyak orang.
Terkait dengan makin menurunnya minat baca (baik di kalangan anak muda maupun orang dewasa tua), ternyata salah satunya karena kurangnya kesadaran diri untuk melatih sinyal di otak kita.
Ada 3 bagian penting dari otak yang berperan dalam hal ini:
- Prefrontal cortex. Bagian otak yang satu ini berada di bagian depan dan punya tugas yang cukup berat, yaitu menjadi penentu keputusan yang harus dibuat dan memecahkan masalah.
- Amigdala. Ada 2 amigdala di dalam struktur otak kita, bentuknya hanya sebesar buah almond. Si amigdala ini punya peran dalam memberikan sinyal rasa takut, gembira, marah, sedih dan bentuk-bentuk emosi yang ekspresif.
- Memori. Struktur yang ditiru dengan persis oleh komputer ya bagian memori di otak ini. Gunanya untuk menyimpan ingatan. Jika pada gawai kapasitas memori itu sangat besar dan upgradable, beda halnya dengan manusia yang memorinya terbatas. Ada beberapa bagian di otak yang menjadi penyimpan memori, tergantung itu memori jangka pendek atau panjang, misal ada yang di neocortex, hippocampus, dll.
Kecenderungan manusia untuk scrolling tanpa henti saat menikmati media sosial, secara psikologis memiliki tujuan untuk meraih kepuasan dan kebahagiaan. Di dalam tubuh ada yang namanya dopamin, neurotransmitter atau zat kimia pembawa pesan di otak yang punya peran penting dalam menumbuhkan kebahagiaan.
Hanya saja, perilaku terus menerus mencari kebahagiaan melalui aktivitas scrolling media sosial itu, tanpa disadari justru menjadi fake dopamine. Kayak nyandu gitu ya, seperti kondisi tubuh ketika terbiasa mengkonsumsi yang manis-manis, maka tubuh akan meminta lebih banyak lagi makanan dan minuman manis.
Begitu juga dengan yang terjadi pada otak ketika terbiasa digunakan untuk melihat konten pendek secara maraton. Amigdala yang pada kondisi normal biasanya hanya 1 saja yang bekerja secara redup (misalnya tumbuh rasa takut, khawatir atau senang yang tidak berlebihan), maka pada otak orang yang kecanduan gadget, kedua amigdala dalam otak kita bekerja secara "brutal'. Orang jadi lebih mudah marah, gembira yang berlebihan, bahkan bisa sampai ke taraf menghindari pekerjaan yang sulit. Maunya ya gembira dengan mudah seperti yang terjadi ketika sedang scrolling medsos.
Prefrontal cortex seakan-akan dinonaktifkan akibat kinerja otak yang seperti ini. Apa yang terjadi? Menghadapi masalah sedikit saja sudah menyerah. Diberi tugas yang agak berat, otak mengirimkan sinyal bahwa hal tersebut bahaya. Pekerjaan jadi ditunda-tunda agar rasa tidak enak yang ditangkap oleh sinyal otak tadi segera berlalu. Miris kan ya?
Disclaimer yaa.. saya tidak menyalahkan medsosnya. Apa yang saya tulis ini lebih pada kecenderungan perilaku manusianya. Diri kita sendirilah yang bertanggung jawab saat fake dopamine ini muncul dalam diri.
Untuk mengendalikan kerja amigdala yang berlebihan tadi, kita perlu melakukan jeda. Membaca buku (baik itu buku fisik maupun digital) dan jurnaling bisa membantu menenangkan amigdala kita.
Manfaat Utama Membaca Buku
Ada beberapa manfaat yang bisa didapatkan dari aktivita membaca buku. Yuk kita lihat manfaat secara kognitif dan emosionalnya.
1. Manfaat Kognitif dan Intelektual
Aktivitas membaca buku sangat berpengaruh pada peningkatan fokus dan konsentrasi. Membaca buku (terutama yang panjang) melatih otak kita untuk mempertahankan fokus dalam jangka waktu lama, sesuatu yang sulit dilakukan saat beralih-alih cepat antar konten di medsos.
Kita juga bisa mengembangkan kemampuan untuk berpikir kritis. Buku, terutama non-fiksi dan fiksi yang kompleks, mendorong kita menganalisis ide, memahami sudut pandang yang berbeda, dan membentuk argumen yang terstruktur.
Kosakata dan tata bahasa pun menjadi makin luas. Paparan terhadap bahasa yang kaya dan terstruktur membantu meningkatkan kemampuan komunikasi, baik lisan maupun tulisan.
Yang tak kalah penting, dengan membaca buku kita akan mendapatkan pengetahuan yang mendalam dan komprehensif. Buku didedikasikan untuk membahas satu topik secara mendalam dan terperinci. Berbeda dengan video pendek yang sering hanya menyajikan permukaan informasi.
2. Manfaat Emosional dan Mental
Tak hanya bermanfaat untuk konsentrasi dan mengembangkan pemikiran kritis loh. Ternyata membaca buku juga bisa meningkatkan empati. Membaca fiksi membuat kita masuk ke dalam pikiran dan perasaan karakter yang berbeda, sehingga meningkatkan kemampuan dalam memahami dan merasakan emosi orang lain di kehidupan nyata.
Terjun ke dalam dunia cerita dapat menjadi pelarian yang menenangkan, terbukti membantu menurunkan detak jantung dan meredakan ketegangan otot lebih baik daripada berjalan-jalan. Lumayan kan, anti stres yang tidak ribet.
Baca buku bisa menstimulasi mental kita. Dengan aktivitas membaca, otak terjaga tetap aktif dan sehat. Membaca buku secara teratur dapat membantu menunda penurunan tingkat kognitif kita.
Butuh Body Doubling Untuk Baca Buku? Gabung Saja ke Semarang Baca
Apakah teman-teman tahu istilah body doubling?
Body doubling lebih mengarah pada kehadiran orang lain untuk lebih memotivasi. Bisa dilakukan secara fisik maupun virtual.
Misalnya nih dalam hal membaca buku, kalau sendirian kan rasanya sepi, jadinya males deh melanjutkan aktivitas tersebut. Beda rasanya ketika membaca bersama-sama. Ada perasaan seperti ini: Ow, ada temanku yang juga sedang membaca. Asik niih.. Aku juga lanjut nih baca bukunya. Ntar bisa tukeran cerita buku yang dibaca masing-masing.
Ketika sinyal otak mudah ke-trigger dengan segala postingan di media sosial, upaya menenangkan si amigdala yang kita punya pun bisa dengan berbagai cara. Saat membaca buku ataupun jurnaling terasa berat dan sulit, temukan teman yang bisa membantu memotivasi.
Sisi positif bergabung dengan komunitas baca, kita makin semangat untuk membaca. Hal ini terjadi pada diri saya pribadi. Deretan buku yang masih utuh di dalam plastik, sudah menunggu bertahun-tahun, berdiri rapi di sepanjang rak buku, akhirnya bisa saya buka dan baca tuntas sejak sering bertemu dengan teman-teman baca di Semarang Baca.
Semoga teman-teman yang membaca artikel ini, yang butuh cara untuk kembali 'right on track' dalam mengatur sinyal di kepala, dapat menangkap sisi positif dari apa yang saya sampaikan.
Share your thoughts yaaa...




Alhamdulillah anak2 masih suka baca sampai dewasa. Yang sulung mengoleksi novel yang tebal2, sementara yang bungsu beli e-reader khusus untuk baca buku. Aku juga baca online karena lebih sesuai dengan kondisi yang sering pergi.
BalasHapusAlhamdulillah bersyukur saya diberikan anugerah suka baca. Baca apa saja sampai waktu kecil tuh karena gak terbeli buku kertas pembungkus gorengan atau apa saja saya bersihkan dan saya baca habis
BalasHapusAlhamdulillah lagi kasih diberikan kesempatan hidup di jaman digital ini sehingga bisa baca apa saja melalui gadget yg tersambung ke internet
Ingat jaman dulu mau baca aja susah karena harus siang saja karena malam gak kelihatan karena belum ada listrik
Sampai mata saya minus karena keseringan baca saat gelap mengandalkan cahaya lilin atau lampu teplok
Senang bisa bergabung dengan komunitas baca, senang bisa mengunjungi toko buku atau perpustakaan
Sedihnya semangat baca generasi muda sekarang mulai terlihat luntur ya...
Setujuuuuu 100%! Membaca buku bukan sekadar hobi, tapi investasi terbaik untuk otak dan masa depan. Buku membuka jendela dunia dan memperkaya sudut pandang kita yang tak terbatas. Kuncinya memang konsisten membaca. Nah, masalahnya sekarang saya lagi gak konsisten hehehe. Salut deh Mbak Uniek masih konsisten membaca buku.
BalasHapusMau ke toko buku jauh, setahun terakhir ini aku suka hunting buku bekas di toko orange, Mbak. Meski belum pasti bakal kelar baca dalam waktu tertentu, pas mau tidur, dan belum ngantuk-ngantuk banget, aku pilih baca buku, Mbak. Dua lembar cukup lah sekali duduk, tapi emang beda sih dibanding mau tidur malah scroll medsos.
BalasHapusSaya lebih suka baca buku dibanding baca layar hp atau komputer tapi yg saya lakukan sekarang,.lebih banyak membaca dari layar hiks ... Postingan Mbak Uniek ini jadi mengingatkan saya buku tebal yang pengen saya baca tapi belum kesampaian.
BalasHapusKalau baca buku digital memang suka ke distraks gatel pengen buka sosmed huhu jadi kadang ga fokus dan rasanya kalau aku tuh kek ga nancep di otak gitu lho. Beda halnya kalau baca buku fisik ya, lebih cepat masuk dan sentuhan lembar demi lembaran tuh ada sensasi sendiri.
BalasHapusJadi dapat insightnya juga, ternyata sinyal otak perlu dilatih dengan rajin baca buku ya. Cuma mungi kebiasaan seperti itu jadinya tenggelam dengan paparan ponsel apalagi kalau udah lihat medsos, scrollnya bisa lama
BalasHapusJujur saja, aku juga lagi kehilangan minat baca buku fisik. Bacanya masih, tapi digital gitu. Perlahan mau mulai baca lagi karena masih ada buku yang segelnya belum kubuka. Mau gabung ke Semarang Baca kok yo belum sempat ya. Pasti seru kalau ketemu langsung
BalasHapusJujur saja, aku juga lagi kehilangan minat baca buku fisik. Bacanya masih, tapi digital gitu. Perlahan mau mulai baca lagi karena masih ada buku yang segelnya belum kubuka. Mau gabung ke Semarang Baca kok yo belum sempat ya. Pasti seru kalau ketemu langsung
BalasHapusSelalu senang kalau baca buku, sekarang nambah temen baca, putriku yang sulung selalu minta buku baru buat dibaca. Genre fantasi, genre kesehatan mental dibabat habis. Masya Allah ternyata bisa menajamkan intelektual dan melembutkan hati juga ya Mba ^_^ Senengnya punya temen-temen yang bisa diajak sharing baca buku
BalasHapusAku selalu kagum dengan mereka yang menyukai buku. Rasanya dunianya luas sekali, sedangkan aku mengaku suka buku tapi rasanya bacaan buku-ku nggak pernah nambah hihi
BalasHapusDi Depok juga ada komunitas BBB, baca buku bareng. Dan serunya disponsori kafe library gitu. 10 orang pertama dpt minum kopi/susu/non coffee gratis. Mantap jiwa bikin jadi semangat baca buku lagi
BalasHapus