16 Mei 2013

Mendadak Jadi Guru SD

     Pernah jadi bu guru di sekolah dasar (SD)? Pastinya berat ya? Membimbing anak-anak yang notabene masih 'belum ndolor' (belum begitu mahfum A sampai Z nya dunia) tentu butuh kesabaran ekstra.

    Yang sudah kenal lama denganku pasti gak bakalan percaya kalau kuceritakan bahwa aku pernah selama 2 tahun jadi bu guru di SD. Aku yang temperamental dan 'ngoboy' tentu tak pantas masuk penilaian sebagai bu guru idaman. Belum lagi tak punya dasar ilmu keguruan. Out of mind lah....

 Oh noooo... gak pernah ngimpi dan bercita-cita jadi guru (meskipun bapak-ibuku pasangan guru). Aku menganggap jadi guru itu bukanlah suatu cita-cita. It's nightmare.... Sungguh dangkal kala itu cara berpikirku.

Jadi bu guru itu 'sesuatu' banget ;), picture by credit
    Namun jalan hidup manusia memang luar biasa, berliku-liku dan penuh misteri. Aku yang sempat nganggur setelah keluar dari pekerjaanku sebelumnya, tanpa dinyana-nyana mendapatkan rezeki luar biasa. JADI BU GURU.
     Dan benar, just like Javanesse said, "Gething nyandhing, serik mbalik" yang artinya saat kita membenci sesuatu secara berlebihan, justru pada suatu saat hal yang kita benci itu akan 'nempel' dengan mesra ke kita. Inilah yang terjadi padaku. Gara-gara seorang ibu kepala SD yang sedang lewat di depan rental komputer, tempat nongkrongku untuk mengumpulkan segenggam receh, melihat ada jasa penerjemahan yang ditawarkan. Berkenalanlah ibu Tutik Rantini ini denganku. Aku ditawari untuk mengajar bahasa Inggris di SD yang dipimpinnya (SD Banyumanik, entah nomer berapa itu SDnya, aku sudah lupa). Di tahun 2000 pengenalan Bahasa Inggris sebagai salah satu mata pelajaran (mapel) di SD masih terbilang langka. Bu Tutik ini menawarkan 2 opsi padaku, menjadi guru ekstrakurikuler (ekskul) atau guru mapel. Aku pilih yang lebih menantang lah, jadi guru mapel saja. Tanggung jawabku termasuk membuatkan soal-soal ujian akhir juga. Tak masalah donk, Bahasa Inggris-nya anak SD seberapa sulit sih *sombong.... :D
     Deg-degan banget pas pertama mau ngajar, namanya hal yang bener-bener baru dan tidak menguasai. Aku diberi tanggung jawab untuk mengajar murid kelas IV, V dan VI, dengan masing-masing 3 paralel kelas (kelas A, B dan C). Jadi aku total mengajar sembilan kelas. Saat pertama datang, ketemu dan diperkenalkan dengan para ibu dan bapak guru, yang rata-rata sudah berumur (sok muda ih), aku kikuk juga. Tidak biasa bergaul dengan guru sih. Dulu waktu sekolah pun sukanya kucing-kucingan ama guru soalnya hehehee....
     Daaannn.... tiba saatnya harus masuk kelas. Jreng jreeennggg..... what will happen ya? Suka atau tidak ya nantinya murid-murid itu padaku? Nervous deh. Tapi semua gundah gulana langsung hilang begitu kulihat mata mereka berbinar-binar. "Bu gurunya funky ya, roknya ada sobek-sobeknya. Jam tangannya juga gede, kereeennn..." (yang keren jamnya, bukan bu gurunya). Pertama kali aku mulai mengajar di kelas VI yang rata-rata anaknya sudah semi ABG. Udah ada yang centil, ada yang pinter nggodain juga. Aku dikerjain habis-habisan, diminta memperkenalkan diri menggunakan Bahasa Inggris. Begitu selesai memperkenalkan diri mereka bilang, "Yes.. yes... teacher pinter". Asem tenan ik, dikerjain bocah nih ceritanya.
    Maka mulailah aku mengajar dengan metode acak adul asal-asalan. Aku tau kalau anak-anak paling tidak suka sesuatu yang 'text book' banget. Apalagi untuk pelajaran bahasa, mereka butuh pengenalan dengan metode yang menyenangkan. Waktu itu belum usum internetan, jadi aku belum nyari referensi-referensi tentang cara mengajar yang benar. Intinya yang kupahami, anak-anak akan lebih senang belajar dengan cara yang fun. Lalu, caranya bagaimana? Ya melalui permainan. Tebak-tebakan, mengisi TTS berbahasa Inggris sederhana, story telling, dan sebagainya.
     Pernah saat aku mengajar, kelasku gaduh luar biasa. Aku mengajak mereka bermain TTS via media papan tulis. Kubuat kotak-kotak di sana, nanti aku tinggal memberikan tebakan yang mengarah pada penguasaan vocabulary mereka. Tentu saja yang merasa bisa (dan kebanyakan mereka pintar-pintar loh, hanya satu dua saja yang tidak tau) langsung berebut untuk maju sambil jejeritan. Bu guru lain yang sedang mengajar di kelas sebelah merasa terganggu dan menghampiri kelasku. Aku diperingatkan untuk tidak membiarkan murid-murid berisik seperti itu. Hmmm.... piye to, masak belajar bahasa disuruh diem-dieman. Emangnya ilmu telepati :)
     Saat kelulusan menjadi momen yang tak terlupakan. Rupanya di SD itu ada kebiasaan, tiap kelas akan memberikan kenang-kenangan kepada wali kelas dan guru mapel. Dua tahun aku di sana, jadi bila setiap tahun aku menerima 3 cindera mata dari 3 kelas , berarti selama dua tahun aku sudah punya 6 cindera mata. Macam-macam bentuknya, ada yang taplak meja, tempat alat-alat tulis yang cantik, wadah untuk bekal makanan, tas, hmmm... apa lagi ya, lupa :)
     Kenangan manis saat mengajar tentu lah banyak sekali. Salah satunya adalah kegilaanku bersama murid-muridku. Rupa-rupanya mereka 'kurang' menganggap aku sebagai guru. Seperti kakak adek saja layaknya. Mungkin ini karena faktor umur kami yang belum terlalu jauh. Aku kan masih imut-imut (imut = ireng mutlak) hohoooo... Aku tak habis pikir, sebenarnya yang aneh itu aku atau muridku ya. Contohnya ini nih. Saat itu kan lagi booming film Coyote Ugly, soundtrack-nya keren banget loh : Can't Fight The Moonlight yang dinyanyikan oleh LeAnn Rimes (yang tidak satu era maaf roaming yaaaa...)

    Kebetulan aku sukaaaa banget dengan lagu ini tapi tak menguasai liriknya. Ngobrol-ngobrol lah dengan muridku. Eh ada yang nawarin untuk meminjamkan teksnya kepadaku. Bujubune, ni anak kelas enam SD koq ya nonton dan nyanyinya lagu kayak gitu sih. Bukankah semestinya mereka masih nyanyi Bebek Adus Kali :)  Aku jadi bingung, yang salah umur siapa sih sebenarnya. Aku yang terlambat gaul ataukah murid-muridku yang cepat dewasa ;)
    Saat SD itu mengadakan piknik ke Borobudur pun, muridku yang menawari teks lagu di atas tadi juga niat banget membawa kasetnya di bis. Lagu ini diputar berulang-ulang di dalam bis sambil dinyanyikan dengan penuh semangat. Oalah to noookkk.... pinter banget sih kamu. Di Borobudur pun aku bukannya jalan-jalan bersama para ibu guru. Aku sudah diseret kesana kemari oleh muridku. Maka kuadakanlah 'uji nyali', mereka harus berani menyapa bule-bule yang saat itu juga sedang berkunjung. Riuh sekali saat masing-masing anak saling menyemangati teman mereka yang kepengin banget bisa menyapa bule itu, sambil sesekali menengok padaku untuk diajari. Hihihiii... asyik ya. Kids are fun, they are amazing.
    Duh jadi rindu nih ama mereka. Sudah 13 tahun berlalu, mereka pasti sudah bekerja.dan sukses dengan dunia yang digelutinya. Mantan bu guru ini cuma bisa mendoakan yang terbaik yo cah, dimana pun dan apapun aktivitas kalian. *srooottt.... tissue segulung langsung abis 

 
Follow my blog with Bloglovin

8 komentar:

  1. 13 tahun saya masih SMEA dan belum mahir bahasa inggris hikz.

    Murid kalau diperlakukan seperti itu malah lebih cepat nyanthol kayaknya ya mbak.... Tapi tetep ada rasa hormat tentunya :)

    BalasHapus
  2. aku juga gak mahir koq mb Tarry, modal nekat aja hihihiii... Iya, anak2 usia segitu kan mestinya pendekatan keilmuannya tetap harus fun n enjoy

    BalasHapus
  3. sama aku juga modal nekat. hehe...la sekarang kog keluar knp mba?

    BalasHapus
  4. lah itu sudah 13 tahun yg lalu mba Susan, utk anak yg baru lulus kuliah penginnya kerja kantoran hehehee... mungkin juga passion-nya tidak di situ

    BalasHapus
  5. Hihihi, aku dulu KKN jadi guru SD, ngelus dodo ben dino, lha murid'e pecicilan, *sabar...sabar... :-)

    BalasHapus
  6. klo aq gak pernah ngelus dodo jeng Wuri, lha podo pecicilane ama murid2nya :)

    BalasHapus
  7. waduhhh pasti kudu berkali2 elus dada, hehe. jadi guru itu tak mudah, apalagi guru SD. Anak SD kan masih agak susah diatur:) hebat nih mbaknya ...

    selamat ya, kamu salah satu pemenang Giveaway Novel, CD dan Pulsa di http://argalitha.blogspot.com/2013/05/pemenang-giveaway-novel-cd-dan-pulsa.html
    silakan baca pengumumannya, trims

    BalasHapus
  8. wuhuiii.. baru kali ini menang give away deh gw hehehe... makasih ya Artha

    oya, sekali lagi kubilang, aq enggak elus dada koq, kan sama susah diaturnya, murid2 n gurunya sama2 kacau xixiiii...

    BalasHapus