Tampilkan postingan dengan label film. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label film. Tampilkan semua postingan

22 April 2016

Nonton Film Legal dan Bermutu di Genflix


SITI.

Sungguh padat dan mengundang tanya nih saat melihat poster film ini di Genflix. Jadi bertanya-tanya, senonjok apa sih ceritanya hingga bisa menjadi film terbaik di Festival Film Indonesia tahun 2015 yang lalu.

Sudah tau tentang Genflix kah? Aku pernah posting tentang film animasi dari Jepang yang tayangnya bisa serentak di Indonesia dan Jepang. Bisa tengok-tengok dulu ya artikel berjudul Sajian Apik di Genflix sebelumnya biar ada gambaran dahulu apa sih sebenarnya Genflix.

Terus terang saat ini rasanya haus sekali menonton tayangan film Indonesia yang bermutu. Jaman kejayaan film negeri sendiri tahun-tahun 80an sepertinya harus dibangkitkan lagi. Banyak anak bangsa yang potensial dalam berkarya dan menghasilkan film-film bermutu. Hanya saja kadang memang rumus kelarisan suatu film menjadi paradox tersendiri.

Untuk itulah butuh effort dari berbagai pihak dalam menggairahkan lagi kecintaan pada film asli produksi anak negeri dengan tema yang khas milik kita sendiri juga. Siti merupakan film terbaik FFI yang memenangkan piala Citra untuk 3 kategori. Jelas bagus dan berkelas kan ya kalau bisa menang FFI gitu.



Sesuai dengan komitmen Genflix sih setauku kalau urusan tayangin film bermutu gini. Jadi pas banget deh kalau SITI akhirnya bisa dinikmati juga via Genflix. Sebelum tayang melalui bioskop di seluruh Indonesia, SITI pertama kali dirilis dalam Jogja-Netpac Asian Film Festival 2014. SITI juga terpilih sebagai “Official Selection” berbagai festival film dunia seperti Taiwan International Film Festival dan Rotterdam Film Festival. Puncaknya adalah saat SITI berhasil terpilih sebagai Film Terbaik dalam Festival Film Indonesia 2015 lalu.

Tak hanya itu, SITI juga berhasil memenangkan kategori Musik Terbaik dan Skenario terbaik di ajang penghargaan paling bergengsi bagi sineas perfilman Indonesia ini. Keunikan dari film ini adalah termasuk film Indonesia dengan anggaran kecil (low budget) karena hanya menghabiskan Rp 150 juta untuk seluruh proses produksi film yang berdurasi 88 menit. Selain itu, tempat pengambilan gambarnya pun hanya di sekitar pantai Parangtritis, Yogyakarta.


Film berjudul SITI ini mengisahkan tentang eorang perempuan penjual peyek yang terpaksa alih profesi menjadi pemandu karaoke di malam hari. Hal ini harus dilakukan Siti, tokoh utama di film ini, karena suaminya mengalami kelumpuhan setelah terjadinya kecelakaan yang menenggelamkan kapal nelayannya dan sekaligus membuat keluarganya terjebak dalam lilitan utang.

Penggalan kisah tadi amat menggambarkan keseharian masyarakat pada umumnya yang sering tertimpa musibah yang pada akhirnya membuat dirinya harus berjuang sekuat tenaga dan jiwa demi mengentaskan nasib keluarganya. Hal-hal seperti ini banyak terjadi di sekitar kita, hanya saja kita sering menutup mata dan telinga pada kejadian seperti itu.

Gimana, tertarik kan untuk nonton film SITI ini? Caranya mudah sekali loh. Teman-teman bisa mengakses Genflix dari Google Chrome, klik saja www.genflix.co.id atau unduh aplikasi Genflix di Play Store dengan klik link http://bit.ly/1PJiUkJ. Sedangkan untuk perangkat iOS, klik link berikut http://apple.co/22U65B6 untuk mendapatkan aplikasinya di App Store.



Streaming melalui aplikasi Genflix memiliki banyak keunggulan dan kemudahan karena aplikasi ini dapat di akses melalui perangkat seluler dimana pun berada dengan jaringan apapun. Metode pembayaran yang ditawarkan pun sangat banyak, mulai dari online banking, kartu kredit, transfer ATM, hingga yang paling mudah dengan potong pulsa lewat operator seluler. Dan yang paling praktis nih, kita bisa melakukan top up saldo melalui outlet Alfamart dan Seven Eleven terdekat.

Yuuukk nobar SITI di app Genflix kita masing-masing :)
Read More »

02 Maret 2016

Raisa Melebarkan Sayapnya dengan Terjebak Nostalgia



Raisa Adriana merupakan seorang penyanyi asal Jakarta yang lahir padatanggal 6 Juni 1990. Penyanyi yang sebelumnya pernah menjadi vokalis di band bentukan Kevin Aprilio yang dahulunya bernama Adante atau yang sekarang lebih dikenal dengan nama Vierratale tersebut mulai dikenal dengan lagu Serba Salah. 

Penyanyi asal Jakarta yang berhasil mendapatkan penghargaan sebagai Pendatang Baru Terbaik di Anugrah Musik Indonesia 2012 tersebut, Raisa melebarkan sayapnya dengan berakting di film layar lebar yang bernama Terjebak Nostalgia. 

Penyanyi yang mengeluarkan album Eponim di tahun 2011 dan Heart to Heart pada tanggal 27 November 2013 tersebut sebelum bermain di film yang berjudul Terjebak Nostalgia, yang sama judulnya dengan lagu yang dimilikinya, penyanyi cantik ini berdue tbersama Afgan dalam sebuah video clip yang berjudul Percayalah yang dikeluarkan pada akhir tahun 2015. Dalam video musik tersebut, kedua penyanyi muda ini ditantang untuk memerankan sepasang kekasih yang sedang kasmaran. 

Di tahun 2016, penyanyi dengan nama belakang Adriana tersebut menjadi peran utama dalam film perdananya. Bermain bersama dengan Chico Jericho serta Maruli Tampubolon, film berjudul Terjebak Nostalgia disutradarai oleh Rako Prijanto. Film yang beredar di bulan Februari 2016 tersebut mengambil setting di Jakarta dan New York, AS. Penyanyi yang juga dipanggil Yaya tersebut berperan dengan menggunakan nama yang sama dengan nama aslinya yang tidak mampu melupakan kenangan di masa lalu. 

Bersama Sora (Chico Jericho), keduanya saling mencintai dan memiliki impian yang sama kemudian pergi ke New York, namun Sora tidak kembali ke Jakarta. Sedangkan Reza (Maruli Tampubolon) menyusul ke New York untuk menemani pemeran utama wanita untuk kembali lagi ke New York dan di tempat ini, ketiganya terlibat masalah rumit. 

Akan tetapi, film Terjebak Nostalgia yang seharusnya tayang pada 11 Februari 2016, mendadak tidak tayang karena terdapat pihak tertentu yang mengaku sebagai pemilik dari film yang dibintangi oleh Raisa tersebut. Film yang terpaksa mengalami penundaan untuk tayangtersebut, sebenarnya telah dilakukan exclusive screening pada 12 Februari 2016 yang bertempat di Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail, Jakarta dan tetap akan tayang di bioskop tertentu.


*picture was taken from youtube
Read More »

16 Januari 2016

Ter-Italian Job



Meski film berjudul The Italian Job sudah lama sekali tayang perdana di tahun 2003, masih sukaaaa aja nih nonton terus menerus. Aksi keren Mark Wahlberg (yang sepintas lalu mirip banget sama Matt Damon) barengan dengan si ganteng Jason Statham di film ini membuatku tak habis-habisnya mantengin ceritanya saat diputar berulang kali di televisi :))

Pertama kali The Italian Job diputar tahun 1969 dengan nama tokoh yang sama, Charlie Croker dan John Bridger. Bila di tahun 1969 si Charlie diperankan oleh aktor gaek Michael Caine, di film versi 2003 Charlie Croker diperankan oleh Mark Wahlberg. Adapun John Bridger si pencuri ulung diperankan oleh Donald Shutterland. Meski kemunculan John Bridger hanya sesaat, namun keberadaan dirinya lah yang menjadi sumbu utama dimulainya kisah.

Bagi yang sama sekali belum pernah menyaksikan The Italian Job bisa lihat trailernya di bawah ini ya :




Postingan ini bukan review film loh ya tapinya :)  Teman-teman pernah nggak sih gara-gara nonton film terus jadi ingin memiliki sesuatu yang ada di film tersebut?

Di film The Italian Job, para pemerannya mengangkut emas batangan di dalam mobil Mini Cooper. 4 buah mobil keren warna-warni berseliweran pada pertengahan hingga akhir film. Di Indonesia sendiri mobil ini termasuk jenis mobil mahal kan. Yaaa... aku cuma bisa memiliki versi die cast sajalah hihiii... kalau yang beneran ya doain aja ya teman, kalau memang rejeki dan itu barokah semoga dimudahkan untuk memilikinya. Nggak ngoyo koq, serius.... #paansih

Baca juga ya artikel ini : Die Cast Asyik

Cerita di film ini berkutat seputar usaha untuk merebut kembali emas batangan yang pernah dicuri oleh gerombolan John Bridger. Pak Tua yang merencanakan pencurian emas ini dibantu oleh anak muda berotak brilian Charlie Croker. Semua berjalan sesuai rencana, kecuali satu hal. PENGKHIANATAN.

Iyes, salah seorang crew pencurian yang bernama Steve rupa-rupanya terserang virus 'greedy' alias serakah, dia ingin sekali menguasai emas itu sendirian. Dengan akal bulusnya emas tersebut dapat dikuasainya. Bridger terbunuh saat usaha pengkhianatan itu dilakukan. Oleh karena itu Charlie beserta sisa crew yang lain pun bertekad untuk merebut kembali emas jatah mereka masing-masing, sekaligus membalaskan kematian Bridger.

Ide ceritanya sih biasa aja kan ya, yang keren itu ya saat akal-akalan untuk mendapatkan kembali emas-emas batangan tadi. Udah kayak The A Team saja lah kadar kesempurnaan strateginya. Salah satu teknis operasional di dalam strategi mereka itu digunakanlah 4 buah mobil Mini Cooper yang telah dimodifikasi agar dapat memuat sejumlah emas batangan dengan berat tertentu agar tetap lancar melaju.

Dan akhirnya akupun ter-Italian Job dengan punya die cast ini : 


Yang beli die cast sih memang suami tercinta, tapi boleh dong bininya ikut menikmati kerennya Mini Cooper ini. Corak di roofnya memang beda dengan yang ada di film, tapi detail mobilnya persis dan detail banget loh. Maklum saja die cast ini yang skala 1/28 jadi ukurannya agak lebih besar dan pernak-perniknya jelas sekali terlihat. Lain lagi kalau yang skala 1/36, 1/42 dan skala-skala berikutnya dengan angka di belakang "/" lebih besar lagi. Semakin  besar angkanya maka akan semakin kecil ukuran die castnya.



Tuh, detail kemudinya saja keliatan persis sekali kan dengan aslinya. Untuk die cast ukuran 1/28 biasanya pintunya bisa dibuka seperti ini. Jadi kita bisa meneliti detail design di dalam mobil dengan lebih seksama. Untuk die cast dengan ukuran di bawah skala ini kebanyakan statis pintunya.

Gimana, apakah teman-teman blogger pernah gitu pengin punya koleksi apalah yang berkaitan dengan tontonan kesukaan? :)
Read More »

26 Desember 2015

NGENEST Kadang Hidup Perlu Ditertawakan


Everything happened for a reason...

Itulah yang nyantol di kepalaku begitu selesai menyaksikan film berjudul Ngenest. Unik ya judul filmnya? Mau tau apa itu sebenarnya Ngenest?

Para penonton televisi Indonesia, khususnya penggemar berat Stand Up, tentunya tau banget dong Ernest Prakasa, komika yang lihai melontarkan banyolannya melalui berbagai kalimat yang ceplas ceplos plus cerdas. Jebolan Stand Up Comedy Indonesia (SUCI) 2011 ini telah menuliskan kisah kesehariannya berbalut humor ke dalam 3 buah buku berjudul Ngenest - Ngetawain Hidup Ala Ernest. Dan trilogi inilah yang kemudian diadaptasi menjadi film.

Beruntung sekali aku bisa mendapatkan kesempatan untuk nonton bareng film berjudul NGENEST Kadang Hidup Perlu Ditertawakan bersama dengan sang bintang itu sendiri. Sik asyik kaaaannn.... Di linimasa akun @ernestprakasa trending topic-nya lagi  #NGENESTmovie30des loh kawans... apa artinya ini?

Iya betul sekali, film keren dengan balutan komedi yang sangat kental ini akan tayang serentak di tanah air pada tanggal 30 Desember 2015. Jadi bagi penggemar film Indonesia dan fans Ernest Prakasa, don't miss the show yaaa... save the date ;)

Menjadi kebanggaan tersendiri bagi Semarang saat pertama kali Ernest mengawali roadshow terkait dengan #NGENESTmovie30des di kota ini. Justru tidak mulai dari Jakarta loh, huhuuyyy.... kota kecil tercintaku ini lah yang beruntung terpilih. Belum lagi saat bisa menjadi salah satu orang yang menyaksikan film ini pertama kali di Indonesia, senang sekali dong rasanya.

Mau tau tentang apakah NGENEST Kadang Hidup Perlu Ditertawakan?

salah satu adegan di film NGENEST Kadang Hidup Perlu Ditertawakan

Ernest terlahir di sebuah keluarga Cina dan tumbuh besar dengan berbagai bullying yang terpaksa diterimanya. Saat itu diskriminasi terhadap etnis cina memang masih sangat kental. Ernest menghadapi masa kecil dan remaja di jaman Orde Baru yang cukup berat. Sekuat apapun usaha Ernest untuk berbaur dengan teman-teman pribuminya, tetap saja bullying menjadi makanan sehari-harinya dalam pergaulan.

Ernest memiliki sahabat karib bernama Patrick. Patrick ini lah yang setia menemani dan melindunginya dari gangguan. Hingga ke masa kuliah pun Patrick lah yang menjadi tempat curhat dan dewa penolong. Apalagi saat Ernest naksir seorang cewek pribumi yang ditaksirnya di tempat les Bahasa Mandarin. Berkat pertolongan Patrick akhirnya Ernest bisa berkenalan dengan cewek bernama Meira.

Perjalanan cinta Ernest dan Meira pun mengalir meski pada awalnya ditentang oleh papa Meira. Si Papa memiliki pengalaman buruk dirugikan oleh orang beretnis Cina. Namun Meira dapat meyakinkan papanya bahwa tidak semua orang Cina berlaku buruk seperti itu.

Setelah berpacaran selama 5 tahun Ernest dan Meira melangsungkan pernikahan. Dan dalam perjalanan pernikahan itu, Ernest tetap dihantui bayangan bullyingnya di masa lalu sehingga ia sangat takut bila nanti keturunannya akan mengalami hal serupa. Oleh karena itu ia merasa belum siap memiliki keturunan dan menunda untuk punya anak. Padahal di sisi lain Meira istrinya sudah sangat menginginkan memiliki keturunan.

Lalu bagaimanakah kisah yang kemudian menjadi complicated ini akan berakhir?


Apa sih yang menarik dari film NGENEST Kadang Hidup Perlu Ditertawakan?


NGENEST Kadang Hidup Perlu Ditertawakan disajikan secara ringan dan menghibur, sekaligus inspiratif karena mengangkat isu asimilasi dan harmonisasi dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Seperti kita ketahui di masa Orde Baru, etnis Cina memang mengalami diskriminasi dalam pergaulan keseharian.

Pemikiran kritis Ernest yang sebelumnya telah tertuang dalam trilogi bukunya ini ditangkap oleh produser dari Starvision Chand Parwez Servia. Beliau tertarik dengan materi yang dibawakan Ernest saat menjadi komika Stand Up Comedy. Materinya termasuk berani, soal issue diskriminasi yang disampaikan secara terbuka.

Dan saat dituangkan dalam bentuk film, kisah yang diadaptasi dari perjalanan hidup Ernest pribadi ini sungguh menghibur. Unsur komedi yang tidak hanya sekedar tempelan saja membuat para peserta nonton bareng di ruang theatre 4 bioskop Citra ini tak henti tergelak. Berbagai kejadian lucu yang tersaji via proyektor bioskop tersebut menurutku sangat padu dan manis.

Terus terang bagiku pribadi yang jarang mengikuti SUCI, film yang skenario, sutradara dan pemainnya Ernest sendiri ini sangat menghibur. Indonesia memang butuh sajian kisah aktual yang sarat pesan namun tidak berkesan menggurui.

Ernest Prakasa menggelar sesi foto bersama para fans

Kehadiran Ernest di Bioskop Citra, Mall Ciputra Semarang, sontak membuat gedung bioskop ini sesak dan padat merayap. Para fans Ernest tentu saja tak mau melewatkan moment bertemu dengan idola mereka. Sesi foto bersama pun diadakan di depan pintu masuk area bioskop.


Selepas nonton bareng dan foto bersama itu, Ernest Prakasa dan 3 orang pemain lainnya di film NGENEST menggelar press conference. Beruntung sekali rasanya aku bisa bertatap muka langsung dengan Ernest tanpa harus berdesak-desakan :)  Pihak organizer acara ini telah mereservasi sebagian tempat di gerai KFC yang ada di mall. Para awak media cetak maupun online plus blogger diberi kesempatan untuk tanya jawab secara langsung dengan Ernest.

Pada sesi tanya jawab ini Ernest mengemukakan bahwa kendala paling besar yang dialaminya adalah saat menjalani 3 task utama di film, yaitu sebagai penulis skenario, sutradara, sekaligus pemain. Semula Ernest menolak untuk menjadi sutradara, dia ingin peran sutradara dipegang oleh orang yang benar-benar ahli di bidangnya. Namun sang produser meyakinkan bahwa Ernest sanggup mengatasinya. Sebagai pemeran utama film sekaligus pemilik kisah kehidupan yang diangkat di film ini, Chand Parwez Servia yakin Ernest adalah orang yang paling mengerti mau dibawa kemana cerita film tersebut dan seperti apa esensinya.

Nah, kawans tentu sudah banyak menyaksikan film Hollywood nan keren yang diperankan plus disutradarai sendiri oleh aktor utamanya. Bagaimana jadinya film yang dijendrali sendiri oleh seorang komika Indonesia? Nggak afdol dong tentunya bila tidak menyaksikan sendiri film tersebut.

Ingat tanggal pemutarannya ya... 30 Desember 2015 serentak di bioskop-bioskop kesayanganmu. Don't miss it :)

kapan lagi bisa satu frame dengan Ernest Prakasa :)
Read More »