04 Juli 2014

Bubur India di Masjid Pekojan Semarang

Setiap bulan Ramadhan, saat yang paling meriah adalah ketika berkumpul bersama di masjid, baik untuk sholat berjamaah maupun berbuka puasa. Seakan sayang melepas waktu ibadah sepanjang bulan suci ini, berbondong-bondong umat Islam memenuhi berbagai masjid yang ada. Sholat wajib hingga sholat sunnah tarawih serasa sayang jika dilakukan sendirian. Lebih nikmat saat dilakukan secara berjamaah di masjid. 

Antusiasme memadati masjid juga terasa di Semarang. Berbagai masjid tua yang ada di seluruh penjuru kota seakan menjadi magnet yang menarik kaum muslim untuk singgah. Tak terkecuali Masjid Pekojan yang terletak di Jalan Petolongan Semarang. 


Pekojan merupakan salah satu kawasan pemukiman tua di kota Semarang yang dihuni oleh orang-orang keturunan Arab, India dan Pakistan. Masjid Pekojan yang ada di wilayah itu sering menjadi tempat sholat Ashar sekaligus tempat berbuka puasa bagi orang-orang keturunan tersebut. Hingga akhirnya terjadi kesepakatan untuk membuat bubur sebagai hidangan buka puasa bersama (sumber : www.suaramerdeka.tv). 

Tak sekedar berbuka puasa bersama di antara kaum Koja saja, masyarakat setempat pun diajak serta. Selain mempererat silaturahim, aktivitas ini juga dijadikan media syiar ajaran-ajaran Islam. Jadi sembari menunggu buka puasa, masyarakat dapat mengikuti tausiyah yang mencerahkan. 

Hingga kini rutinitas membuat bubur itu terus berlangsung. Sebenarnya apa istimewanya sih bubur yang dibuat di Masjid Pekojan Semarang ini? 

Aktivitas membuat bubur ini hanya dilakukan di bulan Ramadhan saja. Jadi hanya sekali dalam setahun saja rangkaian pembuatan bubur berlangsung selama sebulan penuh. Bubur ini sebenarnya tidak jauh berbeda dengan bubur beras pada umumnya. Namun, sesuai dengan penamaannya, bubur India ini memiliki cita rasa yang jauh berbeda dari bubur lainnya. Beras dan santan yang berpadu dengan aneka rempah berupa salam, jahe, kayu manis dan cengkeh lah yang membuat bubur ini terasa istimewa. Juga lauk pelengkapnya seperti kare daging, lodeh maupun gulai kambing. 

Bp. Ngatiman telah lebih dari lima puluh tahun menjadi juru masak bubur India yang terkenal di seluruh penjuru Semarang. Bahkan banyak muslim dari luar kota sengaja datang ke Masjid Jami Pekojan untuk menikmati kelezatan bubur legendaris ini. Dimasak dalam dandang raksasa, tiap hari bisa menghabiskan 20 kg beras untuk persiapan membuat bubur India yang bisa dinikmati hingga 200 orang. 

Setiap bakda Dhuhur, Bp. Ngatiman yang ditemani dua orang lainnya, akan mulai memasak bubur India ini. Memang dibutuhkan waktu beberapa saat dalam mengolah bubur agar rempah-rempah yang ditambahkan ke dalamnya menghasilkan rasa yang khas. Memasaknya pun menggunakan kayu bakar agar diperoleh rasa yang berbeda. 

Bubur India yang siap menemani waktu berbuka puasa

Nah, apakah teman-teman tertarik untuk menikmati bubur India ala Masjid Pekojan ini untuk berbuka puasa? Silakan datang beramai-ramai ke tempat ini. Dijamin akan menemukan tradisi khas berbuka puasa yang belum tentu dapat ditemukan di tempat lain. Selamat berbuka puasa…. 


 Tulisan ini diikutsertakan pada event #1Hari1Masjid by Prima Dita
 yang disponsori oleh :




Tulisan ini bisa juga ditemukan di postingan berjudul : 
#1Hari1Masjid: Masjid Pekojan, Semarang (Oleh Uniek Kaswarganti)

16 komentar:

  1. Beli onlen dong buburnya... kirim ke kalimantan satu mangkok tanpa tumpah gitu... nanti dibayar dehh pake pulsa 5000.. XD Salam mystupidtheory!

    BalasHapus
  2. masak pakai kayu bakar memang punya harum yang khas ya di bandingkan masak pakai kompor minyak tanah atau kompor gas

    BalasHapus
  3. Sudah membayangkan gurihnya cita rasa bubur dipadu kuah. Jadi pengeeeen :)

    BalasHapus
  4. Pedes gak, buburnya? #eh.. hihi...
    Semoga sukses di kontes ini yaaa....

    BalasHapus
  5. Hhhmmm...sedep tu.mama juga sering bikin mbak ;)

    BalasHapus
  6. Mbak, masjid pekojan sebelah mana ya kalo dari tembalang?Penasaran pengin icip-icip :D

    BalasHapus
  7. Pernah nontn di tipi tentang bubur india ini, pengen nyobain deh

    BalasHapus
  8. Kaget aku, ada tulisan Jangan suka copy paste donggg ahhh. Siapa yang mau copas, geer... wkwkwk. Menarik nih Mbak, kapan ajak aku ke sana Mbak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. mbok jadi orang jgn suka kagetan Una xixiii... hayuk ke Semarang to, bubur indihe ini cuma ada pas Ramadhan aja

      Hapus
  9. Jadi ingin coba bikin, dan dengan kayu bakar. Memang benar masak di hawu/tungku itu lebih enak, ada rasa asap menguar juga, hihi. Ini pengalaman dari emak-emak yang tidak becus menata kayu di hawu dari sejak gadis karena tidak biasa.
    Semoga sukses acaranya, ya, Mak Uniek. :)

    BalasHapus
  10. Saya pernah melihat tayangan televisi yang menyajikan tradisi unik ini ...

    Mbak Uniek ikutan GA/Lomba Foto ku yuk ...
    temanya kurang lebih seperti ini ...

    Salam saya Mbak Uniek

    (8/7 : 12)

    BalasHapus
  11. oooh...seruuu juga ya maaak....safari ramadhan dari masjid ke masjid :)..

    BalasHapus
  12. Aku heran, mesjid2 tua mayoritas punya tradisi bikin bubur di hari2 tertentu. Asik nih kalau diteliti kaitannya *pasang muka seriyesss

    BalasHapus